EKBIS.CO, JAKARTA -- Setelah 32 tahun berlalu, Indonesia kembali menyabet predikat sebagai negara yang mampu swasembada beras nasional. Pemerintah mengklaim sepanjang 2016, Indonesia tidak melakukan impor beras termasuk beras premium.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, penghentian impor beras terjadi karena adanya kenaikan produksi padi yang mencapai 79,14 juta ton gabah kering giling (GKG) tahun ini. "Ini prestasi besar, dimana FAO secara resmi mengakui Indonesia saat itu swasembada beras," kata Amran kepada Republika.co.id melalui siaran tertulis, Kamis (29/12). FAO atau Food and Agriculture Organization merupakan organisasi pangan dan pertanian di bawah PBB.
Sepanjang tahun ini, ia mengatakan, pasokan pangan dinilai cukup stabil dengan produksi beras pada 2015 naik 6,64 persen. Kenaikan kembali terjadi pada 2016 sebesar 4,97 persen, meski dalam kondisi cuaca ekstrem El Nino dan La Nina. "Selama dua tahun tersebut, produksi beras naik 8,3 juta ton atau setara dengan Rp 38,5 triliun," ujarnya.
Berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi padi 2016 mencapai 79,14 juta ton GKG, meningkat 3,74 juta ton dibanding 2015. Produksi jagung 2016 sebanyak 23,16 juta ton pipilan kering atau meningkat 3,55 juta ton dibanding tahun sebelumnya.
Kenaikan produksi padi 2016 yang relatif besar diperkirakan terdapat di Sumatera Selatan (21,81 persen), Jawa Barat (6,83 persen), Sulawesi Selatan (7,66 persen), Lampung (11,13 persen), Jawa Timur (2,93 persen), Sumatera Utara (8,86 persen), Jambi (48,13 persen), Kalimantan Barat (15,21 persen), Banten (7,56 persen) dan Kalimantan Selatan (7,67 persen). Tingginya produksi memastikan Kementan tidak akan mengeluarkan kebijakan impor beras di awal 2017. Sebab, dalam waktu 3-5 bulan ke depan stok beras nasional dipastikan aman.
Jumlah stok beras yang dimiliki oleh pedagang ada sebanyak 15 juta hingga 18 juta ton. Angka tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Mei 2017, sementara yang ada di Perum Bulog hingga saat ini sebanyak 1,8 juta ton. Saat ini, harga beras kualitas medium di Pasar Induk Beras Cipinang Rp 8.500 sampai dengan Rp 9.500 per kg.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, perkiraan tersebut telah sesuai karena tiap tahun mengalami kenaikan produksi. Menurutnya, pemerintah telah menggerakkan potensi-potensi yang sudah ada. Ia mengatakan, lahan pasang surut dan rawa lebak di tanah air telah dimanfaatkan secara maksimal. "Ditambah sekarang dibantu alat mesin pertanian sehingga menjadi dua kali tanam," ujar dia.