EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengklaim mampu swasembada beras sepanjang 2015. Produksi beras nasional dinilai mencukupi tanpa impor. Namun, impor beras ternyata masih dilakukan pemerintah yakni jenis beras premium.
"Kita perlu beras premium untuk beberapa restoran tertentu," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo, Kamis (29/12). Ia mengatakan, meski swasembada beras tapi Indonesia masih membutuhkan produk yang hanya berada di negara-negara tertentu, seperti beras premium asal Timur Tengah, India, dan Jepang.
Berdasarkan data yang diberikan, impor beras pada Januari hingga November 2016 mencapai 1,2 juta ton. Selain beras premium, angka tersebut juga merupakan impor beras medium yang merupakan residu izin impor tahun lalu.
Menurutnya, pada Januari-Maret 2016 terjadi impor beras yang tinggi, sekitar 300 hingga 400 ribu ton yang merupakan kontrak 2015 tetapi baru dikirim tahun ini. "Kita gunakan beras itu untuk menambah cadangan beras kita," ujarnya.
Intinya, kata dia, Indonesia tahun ini tidak melakukan impor beras biasa. Bahkan, Indonesia mengekspor hingga seribu ton pada Januari hingga November ini. Ekspor tersebut mencapai nilai 0,86 juta dolar AS.
Sementara itu Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan, produksi beras tahun ini sudah melampaui target produksi 2017 yang dipatok 77 juta ton. Pemerintah juga memastikan tidak akan mengeluarkan kebijakan untuk melakukan impor beras di awal 2017 karena dalam waktu 3-5 bulan ke depan stok beras nasional akan aman. Kepastian ini diperoleh setelah melakukan koordinasi dengan Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Pasar Induk Cipinang, dan Bulog.
Jumlah stok beras di gudang Bulog saat ini sebanyak 1,8 juta ton sedangkan yang dimiliki oleh pedagang kurang lebih sebanyak 15 juta hingga 18 juta ton. "Cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Mei 2017," katanya.
Baca juga: Kementan Klaim Swasembada Beras di 2016