PGN juga membangun berbagai infrastruktur di dalam kota untuk berbagai segmen pelanggan mulai rumah tangga, transportasi, UKM, komersial, industri dan kelistrikan. Kepala Sales Area PGN Batam Amin Hidayat, pun meyakinkan, Batam siap menjadi Kota Gas 2018. Kesiapan itu karena infrastruktur di kota itu sudah memadai dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
"Batam sudah siap secara infrastruktur, sudah ada jaringan dari ujung ke ujung sepanjang 143 km," kata Amin.
Apalagi, tambahnya, setelah memasang jaringan gas sepanjang 143 km, PGN masih akan menambah jaringan lagi, hingga optimistis menjangkau seluruh pulau utama pada 2018. Saat ini, jaringan pipa masih di jalur utama, namun siap untuk diperpanjang hingga ke perumahan, komersil, industri dan sosial di sepanjang jalur. "Di Batam, gas bumi digunakan untuk segala kebutuhan bahan bakar, mulai dari keperluan rumah tangga, industri, pembangkit listrik, hingga sebagai bahan bakar kendaraan. Batam di semua segmen," kata dia.
Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral IGN Wiratmaja mengakui kurangnya kepedulian dan antusiasme pemerintah daerah dalam menyukseskannya Batam Kota Gas membuat program itu terancam gagal. Ia mengatakan, awalnya pemerintah mencanangkan Kota Gas di Bali, Tarakan dan Batam. Namun, Pemda Batam kurang antusias maka, sehingga pemerintah pusat lebih fokus pada Kota Gas di Bali dan Tarakan, dan selanjutnya Prabumulih.
"Setelah diskusi dengan pimpinan di daerah yang antusias Bali dan Tarakan, Batam mungkin belum menganggap penting," kata dia.
Padahal, Ditjen Migas sangat berharap Batam dapat menjadi Kota Gas, mengingat jaringan gas di kota itu sudah sangat baik. Apalagi, kualitas gas di Batam relatif lebih bagus dibanding daerah lain. Ditjen Migas pun akan terus mendorong agar Batam menjadi Kota Gas. "Kami harapkan di Batam, karena jaringan gas sudah ada. Tapi pemerintah pusat tidak bisa kerja sendiri. Mungkin belum prioritas," kata dia.