EKBIS.CO, JAKARTA -- Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 yakni mencapai 1,21 persen dari inflasi 2016 yang mencapai 3,02 persen.
"Apabila dibandingkan dengan 2015, kontribusi bahan makanan meningkat. Pada tahun lalu, andil bahan makanan terhadap inflasi sebesar 0,98 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, Selasa (3/1).
Jika dilihat komoditasnya, cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,35 persen sepanjang 2016 lalu. Sedangkan bawang merah menyumbang 0,17 persen, bawang putih 0,11 persen, ikan segar 0,09 persen, cabai rawit 0,07 persen, minyak goreng 0,06 persen, gula pasir 0,06 persen, dan kentang 0,04 persen.
Sementara itu, komoditas non bahan makanan yang menyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 antara lain rokok kretek filter 0,18 persen, tarif angkutan udara 0,13 persen, tarif pulsa ponsel 0,1 persen, rokok kretek 0,09 persen, tarif kontrak rumah 0,09 persen, tarif sewa rumah 0,09 persen, nasi dengan lauk 0,08 persen, emas perhiasan 0,07 persen, rokok putih 0,06 persen, upah tukang bukan mandor 0,06 persen, tarif listrik 0,06 persen, dan mobil 0,06 persen.
Suhariyanto mengatakan komoditas-komoditas tersebut perlu diperhatikan untuk mengantisipasi inflasi pada tahun ini. "Sepanjang 2016 komoditas-komoditas tersebut dominan terhadap inflasi. Ini sudah terjadi tapi perlu dijadikan pelajaran untuk antisipasi inflasi pada 2017," ujar Suharyanto.
Adapun kelompok yang memberikan andil terhadap inflasi sepanjang 2016 terbesar kedua yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 0,91 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,46 persen.
Berikutnya adalah kelompok sandang yang menyumbang inflasi sebesar 0,2 persen, kelompok kesehatan 0,17 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,21 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,14 persen.