EKBIS.CO, JAKARTA -- Eximbank Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menandantangani kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terkait komitmen pembiayaan untuk industri ekonomi kreatif. Pembiayaan kepada industri ekonomi kreatif ini lantaran sektor ini diyakini memiliki potensi untuk menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Susiwijono Moegiarso menyebutkan pihaknya menargetkan untuk membuka keran pembiayaan hingga Rp 102 triliun untuk 2017 ini. Angka ini naik cukup signifikan dibanding raihan pembiayaan tahun 2016 lalu sebesar Rp 88,5 triliun. Sementara capaian untuk penjaminan tercatat sebesar Rp 30,06 triliun dan asuransi sebanyak Rp 9,43 triliun.
Susiwijono mengakui, dalam 3 hingga 4 tahun belakangan kinerja ekspor Indonesia memang tertekan oleh faktor eksternal. Lemahnya harga komoditas terutama pertambangan dan perkebunan ikut merembet ke rendahnya permintaan atas produk-produk kreatif dari Indonesia. Namun ia merasa yakin kondisi ini akan mulai membaik tahun 2017 ini. Tahun 2016 lalu, meski kinerja perdagangan melemah, namun pembiayaan kepada pelaku UMKM justru naik 44,5 persen dibanding tahun 2015.
"Kalau nanti dibutuhkan dukungan dari kami, kami siap membantu. Kami juga sasar sektor yang belum bankable," ujar Susiwijono di kantornya, Kamis (26/1).
Susiwijono melanjutkan, pihaknya diberikan mandat oleh pemerintah untuk ikut membiayai industri kecil menengah yang selama ini belum mendapat akses pinjaman dari bank. Tahun 2016 lalu saja, Indonesia Eximbank memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) hingga Rp 4 triliun. Separuh dari angka tersebut, yakni Rp 2 triliun, disalurkan untuk membiayai sektor industri kecil yang belum bankable.
"Kami juga sasar pasar non-tradisional. Bahkan, kami berniat ke keuangan syariah," kata Susiwijono.
Selain itu, Indonesia Eximbank juga akan mendapat kapasitas untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Susiwijono beralasan, pihaknya justru lebih memahami kondisi di lapangan dibanding perbankan konvensional yang selama ini diberikan kewenangan menyalurkan KUR.
Susiwijono melanjutkan, pihaknya berkomitmen untuk memberikan pelayanan pembiayaan ekspor dengan suku bunga kompetitif dan fasilitas penjaminan dan asuransi untuk menekan risiko dalam aktivitas ekspor. Data Bekraf, dalam kurun waktu lima tahun sejak 2010 hingga 2015 besaran Produk Domestik Bruto (PDB) ekraf naik dari Rp 525,96 triliun menjadi Rp 852,24 triliun. Rata-ratanya, ada peningkatan 10,14 persen pertahunnya sejak tahun 2010.
Ricky menyebutkan, tiga subsektor yang menunjukkan kontribusi terbesar untuk kinerja perdagangan ekraf adalah industri fesyen (56,27 persen), kriya (37,52 persen), dan kuliner (6,09 persen). Ia menyebutkan, Bekraf sedang berupaya menaikkan nilai tambah produk-produk ekonomi kreatif agar bisa lebih diterima di pasar internasional.