EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia melaporkan kredit yang disalurkan perbankan pada Desember 2016 tumbuh 7,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2015 menjadi Rp 4.401,9 triliun. Namun, angka itu tumbuh melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan November 2016 yang mencapai 8,5 persen.
Bank Indonesia, dalam laporan perkembangan uang beredar dilansir Rabu (1/2), menuturkan perlambatan pertumbuhan kredit pada Desember 2016 terjadi di kredit modal kerja (KMK) yang hanya tumbuh 6,7 persen (year on year/yoy) dan kredit investasi (KI) yang tumbuh 8,9 persen (yoy). Dibandingkan November 2016, kredit modal kerja bisa tumbuh 7,2 persen (yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh 11,9 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan perlambatan KMK dan KI sebagian besar dipicu perlambatan penyaluran kredit untuk industri pengolahan dan sektorperdagangan, hotel dan restoran (PHR). "Kredit ke industri pengolahan baik dalam bentuk KMK maupun KI masing-masing tumbuh 1,8 persen (yoy) dan 3,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan November2016yangtumbuh sebesar 2,1 persen (yoy) dan 7,7 persen (yoy)," ujar dia.
Selain itu, KMK dan KI untuk sektor PHR juga melambat dari 6,9 persen (yoy) dan 13,5 persen (yoy) pada November 2016 menjadi 5,8 persen (yoy) dan 8,8 persen (yoy). Adapun di sisi lain, efisiensi perbankan mulai menunjukkan hasil, terlihat dari penurunan suku bunga kredit perbankan yang rata-rata menjadi 12,04 persen, atau menurun dari November 2016 yang sebesar 12,16 persen.
Sedangkan suku bunga simpanan berjangka dengan tenor enam dan 12 bulan turun menjadi masing-masing sebesar 7,11 persen dan 7,31 persen. Adapun untuk simpanan berjangka dengan tenor satu dan 24 bulan naik menjadi sebesar 6,46 persen dan 7,38 persen. Untuk suku bunga simpanan berjangka dengan tenor tiga bulan tetap sebesar 6,69 persen.