EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Pengadaan PT PLN (Persero) Supangkat Iwan mengatakan hingga saat ini PLN belum membuka keran impor gas untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Namun, Iwan mengatakan jika produksi domestik gas tidak memenuhi impor LNG bisa menjadi salah satu opsi.
Iwan menjelaskan, opsi impor LNG merupakan opsi terakhir apabila ternyata harga impor gas jauh lebih murah daripada produksi domestik. Ini menurutnya bisa langsung berdampak pada harga listrik ke masyarakat.
"Belum ada rencana pengadaan. itu terjadi kalau opsi domestik itu tidak bisa. ini opsi terakhir. atau harganya tidak bisa memenuhi keekonomian. Intinya pemerintah ingin impor lebih murah dari domestik. kalau sama ya domestik," ujar Iwan di Jakarta, Selasa (7/2) malam.
Ia mengatakan saat ini produksi dalam negeri masih relatif mencukupi kebutuhan PLN. Ia mengatakan tak bisa dipungkiri cost yang harus dikeluarkan untuk sumber gas ini memang tidak murah, namun menghasilkan kualitas listrik yang baik.
"Masih cukup, Insyaallah belum ada impor. Sampai 2019 kira kira butuh 2.000 BBTUD per hari," ujar Iwan.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, energi gas diharapkan bisa menyumbang 24,3 persen terhadap bauran energi (energy mix) nasional. Angka tersebut bisa bertambah menjadi 29,4 persen jika kontribusi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 25 persen tidak tercapai.
Kebutuhan gas bagi pembangkit di dalam RUPTL 2016 hingga 2025 sendiri tercatat 4.337 BBTUD dan bisa menghidupi pembangkit listrik sebesar 44.234 megawatt (MW). Data PLN menunjukkan, kapasitas PLTG atau PLTMG terpasang per November 2016 tercatat sebesar 15.141 MW. Angka ini mengambil porsi 28,03 persen dari total kapasitas pembangkit sebesar 54.015 MW.