Rabu 08 Feb 2017 14:57 WIB

Lakukan Stabilisasi Harga Pangan, Bulog Gencarkan Fungsi RPK

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Kebutuhan pokok dijual di pasar, ilustrasi
Foto: Musiron/Republika
Kebutuhan pokok dijual di pasar, ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Jumlah Rumah Pangan Kita (RPK) saat ini ada sekitar 9.298 unit di seluruh Indonesia. RPK tersebut berperan penting dalam melakukan stabilisasi harga pangan nasional.

"Kalau sudah bicara stabilisasi harga itu kami memerlukan infrastruktur. Apa infrastrukturnya? Titik, tempat jualan," ujar Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo kepada wartawan saat ditemui di Gedung Bulog, Jakarta, Rabu (8/2).

Jika melakukan pembangunan titik RPK tersebut diakui memerlukan  biaya besar. Untuk itu pihaknya bekerjasama dengan pihak ketiga, yaitu masyarakat kecil baik individu maupun komunitas.

Lihat juga: Toko Tani Indonesia Pangkas 5 Rantai Distribusi

Siapapun dapat bergabung mendirikan RPK dengan syarat memiliki rumah atau tempat yang bisa dimanfaatkan. "Cuma ada batasan. Untuk kota besar, satu RW satu RPK biar tidak terlalu mepet," katanya.

Pada dasarnya, ia melanjutkan, RPK milik masyarakat namun dibina oleh Bulog. Konsep RPK tersebut merupakan konsep dagang sehingga masyarakat yang membuka RPK dalam hal ini disebut Sahabat RPK harus mendapatkan keuntungan.

"Memang untungnya tidak besar tapi harus untung," lanjut dia.

Perusahaan pelat merah tersebut masih membuka kesempatan untuk masyarakat membuka RPK. Caranya cukup dengan mengajukan diri di website Bulog kemudian akan dsurvei oleh Bulog. Modal yang dibutuhkan pun hanya sebesar Rp 5 juta tanpa batasan pembelian produk Bulog di kemudian hari.

"Kemudian Bulog akan antar. Jadi barang akan dikirimkan ke tempatnya RPK," katanya. Ia menekankan tidak perlu khawatir jika produk tidak laku karena bisa ditukar. Harga produk yang dijual di RPK harus sesuai ketetapan dari Bulog.

Saat ini RPK menjual beberapa komoditi pangan utama seperti beras, gula, minyak goreng dan terigu. Namun untuk Jakarta, RPK mulai menjual daging, baik daging kerbau impor maupun daging sapi.

Penjualan daging masih terbatas di Jakarta karena memerlukan pendingin sebagai tempat penyimpanan. Ia melanjutkan, akan dilakukan pengembangan untuk penjualan daging di RPK secara bertahap.

RPK merupakan kepanjangan tangan dari Bulog yang mampu menyentuh masyarakat karena berada pula di desa-desa. "Yang terpenting masyarakat beli pangan pokok mudah murah," katanya menegaskan.

Program RPK tersebut sudah setahun namun diakui Imam perkembangan besarnya baru terjadi akhir-akhir ini. Di Jakarta ada sekitar 300 unit RPK. Di Papua sudah ada 110 RPK dengan 2 di Wamena.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement