EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Syariah (Persero) atau BNI Syariah membukukan laba bersih sepanjang 2016 sebesar Rp 277,38 miliar atau meningkat 21,38 persen year on year (yoy) dari Desember 2015 sebesar Rp 228,53 miliar. Untuk tahun ini perseroan menargetkan laba tumbuh sebesar 17-18 persen (yoy).
Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono mengatakan, meningkatnya laba ditopang oleh berbagai upaya pengembangan bisnis termasuk produk jasa dan layanan baik pembiayaan produktif maupun konsumtif serta peningkatan dana murah atau current account saving account (CASA).
Sementara itu kenaikan laba tahun ini diproyeksikan akan terdorong oleh pertumbuhan pembiayaan dan penghimpunan DPK yang masih tetap berkontribusi seperti tahun lalu.
"Tahun lalu lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan DPK. Tahun ini kami akan lebih menyeimbangkan kontribusi dari pembiayaan dan DPK," ujar Imam Saptono dalam paparan kinerja akhir tahun 2016 BNI Syariah di Jakarta, Rabu (8/2).
Penghimpunan DPK perseroan di tahun 2016 yakni tumbuh sebesar 25,4 persen dari sebesar Rp 19,3 triliun di 2015 menjadi Rp 24,23 triliun. Dari jumlah tersebut, dana murah atau current account saving account (CASA) bergerak tumbuh dari 46 jadi 57 persen.
Menurut Imam, beberapa produk pembiayaan yang diyakini dapat mendorong pertumbuhan pada tahun ini yakni pembiayaan mikro, properti dan infrastruktur. Untuk proyek-proyek yang terkait dengan infrastuktur akan diberikan oleh bank induk yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk.
"Jadi nanti BNI akan memberikan porsi mungkin sekitar 5 persen dari induk, sekitar Rp 600 miliar," kata Imam.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah, Kukuh Rahardjo menambahkan, pembiayaan perseroan sepanjang 2016 tumbuh 15,35 persen dengan total pembiayaan sebesar Rp 20,49 triliun. Komposisi pembiayaan terbesar BNI Syariah masih terdapat di pembiayaan konsumtif sebesar Rp 10,92 triliun atau 53,26 persen.
Kemudian diikuti dengan ritel produktif sebesar Rp 4,62 triliun atau naik 22,48 persen, komersial sebesar Rp 3,40 triliun atau 16,59 persen, mikro sebesar Rp 1,20 triliun atau tumbuh 5,88 persen, serta hasanah card sebesar Rp 367,60 miliar atau 1,79 persen.
Khusus untuk pembiayaan sektor produktif, naik 14,1 persen menjadi Rp 8 triliun, tahun ini ditargetkan tumbuh 20 persen. "Pembiayaan ritel konsumer ditargetkan tumbuh 10-12 persen dari realisasi tahun lalu yang naik 15,7 persen menjadi Rp 11,3 triliun," kata Kukuh.
Adapun kualitas pembiayaan atau Non Performing Financing (NPF) terjaga di bawah 3 persen. Di sisi lain, aset BNI Syariah terus tumbuh dengan posisi per Desember 2016 mencapai Rp 23,8 triliun atau naik 23,01 persen.