EKBIS.CO, JAKARTA -- Penurunan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang konsisten akan memberikan sentimen positif pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam jangka panjang.
Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan anjlok ke hanya 0,8 persen terhadap PDB pada kuartal IV 2016 dari 1,9 persen, menandakan efek pelebaran surplus dagang yang terdorong kenaikan harga komoditas.
"Tren penurunan CAD yang konsisten akan meminta tren penguatan rupiah dalam jangka panjang," ujar Rangga, Senin (13/2).
Akan tetapi, isu inflasi diperkirakan masih akan memberikan sentimen negatif ke rupiah. Pada minggu kedua Februari 2017, survei BI menunjukkan peluang inflasi naik ke 3,95 persen yoy.
Dari sisi eksternal, dollar index kembali menguat walaupun data ekonomi tidak terlalu baik. Apalagi setelah pertemuan Trump dan Abe tidak membahas kebijakan nilai tukar, sebelumnya penasihat Trump menuduh Jepang memanipulasi nilai tukarnya.
Fokus saat ini tertuju pada pidato Yellen serta pengumuman inflasi Cina besok. "Rupiah hari ini bisa tertekan yang selain akibat penguatan dolar AS juga ketidakpastian pilkada DKI Jakarta," kata Rangga.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah 23 poin di kisaran Rp 13.335 per dolar AS, Senin (13/2). Laju rupiah perlahan menguat hingga Rp 13.327 per dolar AS pada pukul 09.20 WIB.
Laju rupiah hari ini diperkirakan masih melanjutkan penguatan, seiring dengan penguatan dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rentang gerak hari ini berada di kisaran Rp 13.321 - 13.339 per dolar AS. Sebelumnya pada perdagangan Jumat (10/2), rupiah ditutup menguat mencapai Rp 13.312 per dolar AS.