EKBIS.CO, JAKARTA - Penyesuaian tarif listrik untuk golongan 900 Volot Ampere (VA) tetap menjadi faktor pendorong utama penyebab inflasi Februari 2017 sebesar 0,23 persen (bulan ke bulan). Meski kebijakan penyesuaian listrik sudah berjalan sejak Januari lalu, namun bagi pelanggan pasca-bayar, imbasnya baru terasa pada Februari.
Akhirnya, komponen administered prices atau harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,58 persen atau menyumbang andil inflasi hingga 0,11 persen. Di sisi lain, komponen harga bergejolak atau volatile food yang terdiri dari bahan pangan justru mengalami deflasi 0,36 persen dengan andilnya terhadap nilai inflasi keseluruhan sebesar -0,09 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, risiko kenaikan inflasi yang berasal dari penyesuaian tarif listrik masih akan berlanjut. Apalagi, penyesuaian tarif yang dilakukan pada Januari lalu hanya tahap pertama dari total tiga tahap penyesuaian tarif listrik golongan 900 VA.
Suhariyanto mengungkapkan, potensi risiko kenaikan inflasi tetap akan terlihat untuk penyesuaian tarif tahap kedua yang dilakukan pada Maret dan tahap ketiga pada Mei 2017 mendatang. "Pengalaman Januari-Februari pasti akan berdampak (penyesuaian tarif listrik)," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Rabu (1/3).
Suhariyanto melanjutkan, kunci pengendalian inflasi untuk tahun ini yakni dengan menjaga stabilitas harga yang bergejolak alias harga bahan pangan. Sederhananya, bila harga yang ditentukan pemerintah sudah terlanjut ditetapkan, maka peluang menjaga inflasi berasal dari stabilitas volatile food. "Pemerintah dan Bank Indonesia sudah punya strategi. Imbangi administered prices dengan penguatan infrastruktur logistik pangan dan sistem lalu lintas barang," katanya.
Baca juga: Kenaikan Tarif Listrik dan Harga Cabai Pengaruhi Inflasi Yogyakarta
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, sebetulnya kebijakan soal tarif listrik sudah diantisipasi oleh pemerintah. Bila di satu sisi tarif untuk golongan 900 VA terpaksa mengalami kenaikan akibat pengalihan subsidi, maka penurunan tarif diberlakukan untuk golongan 1.300 VA, meski hanya 0,1 persen. "Lalu harga cabai merah turun. Ayam baik daging dan telur juga turun. Bahkan angkutan udara rata-rata turun. Itu mendorong inflasi yang rendah Februari ini," katanya.
Sementara untuk inflasi Maret, Sasmito melihat adanya stabilitas tingkat inflasi yang terjaga. Ia menjelaskan, meski di satu sisi kebijakan penyesuaian tarif listrik masih berlanjut, namun harga gabah di level petani yang turun 2,41 persen di Februari ini diyakini akan menahan laju inflasi.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, faktor pendorong inflasi selama kuartal pertama tahun ini memang tak lepas dari kebijakan pemrintah untuk mengalihkan subsidi listrik golongan 900 VA. Sementara itu, seiring dengan tren penurunan harga komoditas pangan selama bulan Februari, inflasi volatile food menyumbang deflasi pada bulan Februari.