Selasa 07 Mar 2017 13:10 WIB

Perdagangan RI dan Dua Negara ASEAN tak Lagi Pakai Dolar AS

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
 Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers usai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (16/2).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers usai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (16/2).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menargetkan transaksi dagang antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand tak lagi menggunakan dolar AS. Langkah ini sebagai tindak lanjut dari kerja sama bilateral dan investasi langsung dengan menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement dengan kedua negara di Asia Tenggara tersebut.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, pihaknya menargetkan per semester II 2017 ini transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Malaysia bisa menggunakan ringgit dan begitu pula dengan Thailand yang menggunakan baht. Sebelumnya, transaksi dagang dengan kedua negara tersebut harus menggunakan dolar AS.

Sehingga nantinya, pelaku usaha di Indonesia tak perlu lagi bertransaksi dengan rupiah yang dikonversikan ke dolar AS dan kemudian dikonversi lagi ke baht atau ringgit. Kebijakan ini juga berlaku sebaliknya bagi perdagangan dari kedua negara tersebut ke Indonesia, transaksi bisa dilakukan dalam rupiah.

"Untuk industri kalau dengan local currency settlement lebih bermanfaat. Sebelumnya mereka gunakan mata uang dolar AS atau euro dalam perdagangan antarnegara Thailand dengan Indonesia atau dengan Malaysia. Sekarang langsung cross rate dari Thai bath atau Malaysia ringgit ini jadi struktur biaya yang lebih baik," kata Agus di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (6/3).

Agus mengatakan, pihaknya kini sedang dalam upaya finalisasi untuk meyakinkan eksportir dan importir yang menerima mata uang baht atau ringgit agar bisa memiliki akses kurs yang lebih efisien dari Indonesia. Sebaliknya, pelaku usaha dari Thailand bisa melakukan transaksi dalam rupiah untuk negara asal Indonesia.

"Itu sedang kami bangun agar menjadi struktur biaya lebih efisien bagi pelaku perdagangan internasional," ujar Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement