EKBIS.CO, MANILA -- Negara-negara anggota ASEAN berkomitmen meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, salah satunya dengan membuka konektivitas perdagangan laut Indonesia-Filipina melalui pelayaran kapal RoRo Bitung-General Santos-Davao City.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Perundingan Internasional Iman Pambagyo pada pertemuan ke-23 AEM Retreat dan pertemuan ke-15 AEM-European Union Trade Comissioner Consultations di Metro Manila, Filipina.
“Pembangunan konektivitas ini, selain meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, juga akan meningkatkan perdagangan di kawasan timur Indonesia. Konektivitas Indonesia-Filipina, khususnya antara Sulawesi Utara untuk wilayah Timur Indonesia, dengan Filipina bagian Selatan melalui pelayaran kapal RoRo direncanakan diresmikan pada April mendatang,” ujar Iman dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (9/3).
Sejarah perdagangan antara Indonesia-Filipina sudah terjalin sejak lama. Saat ini sudah banyak produk Indonesia yang dapat dengan mudah ditemukan di pasar Filipina, seperti minuman kemasan, sabun, pasta gigi, kopi instan, minuman berenergi, tas, bahkan busana muslim. Namun produk-produk tersebut kebanyakan masih masuk Filipina lewat dari negara ketiga.
“Banyak masyarakat Filipina di bagian selatan yang sudah menggunakan produk-produk dari Indonesia, tapi tidak mengetahui asal produk tersebut, salah satunya dikarenakan barang-barang tersebut masuk dari negara ketiga,” kata Iman.
Berdasarkan data dari Philippine Statistics Authority (PSA) Filipina yang diolah Atase Perdagangan Manila, nilai ekspor produk Indonesia ke Filipina pada 2016 mencapai 80,83 miliar dolar AS. Jumlah ini meningkat sebesar 21,22 persen dibandingkan 2015 yang mencapai 66,68 miliar dolar AS.
Menurut Iman, dengan pembukaan konektivitas laut ini, kedua negara akan memperoleh manfaat yang besar. Bagi Indonesia, salah satu manfaatnya yakni akan menjadikan harga produk-produk yang diekspor ke Filipina lebih bersaing karena tidak perlu melalui negara ketiga.
Iman menambahkan, konektivitas bagi Indonesia tidak hanya dibangun di dalam negeri tetapi juga dengan wilayah-wilayah di luar Indonesia. Menurutnya, untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pemerintah perlu mendorong wilayah-wilayah lain di Indonesia, seperti Ambon dan Maluku untuk memanfaatkan konektivitas ini.