EKBIS.CO, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai industri makanan dan minuman (mamin) merupakan sektor industri paling potensial untuk menyasar negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Apalagi, pemerintah belum lama menyepakati sejumlah kerja sama dagang dengan Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia atau Indian Ocean Rim Association (IORA).
Kadin melihat bila pemerintah serius dalam menggarap penetrasi industri mamin untuk negara-negara IORA, maka diyakini kinerja ekspor Indonesia bisa melesat. Ketua Komite Tetap Industri Makanan dan Protein Kadin Thomas Darmawan menjelaskan bahwa pasar dagang yang ditawarkan IORA terbilang besar.
Paling tidak ada 2,7 miliar penduduk yang mendiami negara-negara IORA. Tentunya, lanjut Thomas, makanan dan minuman tetap menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa lepas seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Thomas melihat ada korelasi langsung antara pertumbuhan ekonomi di kawasan IORA dengan kinerja perdagangan Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara IORA yang meningkat akan ikut mendorong naiknya permintaan akan makanan olahan dari Indonesia. "Kalau di IORA, saya lihat potensi ekspornya akan naik dari tahun ke tahun. Kementerian Perdagangan,punya target sendiri pertumbuhan ekspor mamin kita antara 7 sampai 8 persen. Saya pikir makanan untuk makanan bisalah di atas 8 persen tahun ini," jelas Thomas, Jumat (10/3).
Kadin memandang, Afrika Selatan menjadi salah satu anggota IORA yang dianggap paling potensial untuk dijadikan Indonesia sebagai alternatif pasar. Paling tidak, Afrika Selatan dan India dianggap mampu menyerap produk ekspor Indonesia setelah permintaan dari Cina dan Jepang berpotensi merosot akibat perlambatan ekonomi. "Afrika Selatan bisa menjadi pintu masuk ke kawasan Afrika lainnya. Sedangkan Asia Selatan bisa dimanfaatkan untukmasuk ke negara Rusia Tengah, seperti Belarus, Kazakstan," katanya.
Tak hanya itu, Kadin juga mengingatkan pemerintah bahwa faktor distribusi menjadi satu hal yang diperhitungkan oleh negara-negara IORA. Mengingat jarak distribusi yang jauh dan kelengkapan transportasi yang berbeda di setiap negara, maka ekspor makanan olahn disebut bakal menjadi primadona. Hal ini berbeda dengan ekspor produk segar yang sangat bergantung pada fasilitas pendingin makanan atau cold storage. "Ke depan ekspor itu sudah dalam bentuk olahan, bukan bentuk barang mentah,dari zaman sebelum merdeka, kita kan sudah jual rempah-rempah ke Belanda," jelas dia.
Kadin mencatat, kontribusi nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada tahun 2016 mencapai 26,39 miliar dolar AS. Sedangkan impor produk mamin pada periode yang sama sebesar 9,64 miliar dolar AS.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda menambahkan, potensi pasar produk makanan dan minuman di negara-negara kawasan IORA diperkirakan potensinya mencapai 28,5 miliar dolar AS. Namun dari potensi sebesar itu, ternyata kontribusi ekspor produk makanan dan minuman asal Indonesia dengan tujuan kawasan IORA masih sebesar 1,39 miliar dolar AS atau hanya sekitar 4,9 persen dari potensi yang ada.
"Dengan begitu, kami melihat masih terbuka peluang yang cukup besaruntuk pertumbuhan ekspor nasional di negara-negara anggota IORA," katanya.