Jumat 24 Mar 2017 04:27 WIB

Ekspor Daging Brasil Terancam Menurun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Daging Sapi Impor
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging Sapi Impor

EKBIS.CO, SAO PAOLO -- Menteri Pertanian Brasil Maggi Blairo mengatakan, sebuah penyelidikan kepolisian atas dugaan praktik tidak sehat dapat merusak reputasi industri pengepakan Brasil dan menurunkan lebih dari 10 persen dari pangsa pasar global. Polisi Federal Brasil melakukan penyelidikan terhadap adanya dugaan suap miliaran dolar AS sebuah perusahaan yang memalsukan dokumen ekspor daging dengan kualitas tidak baik.

Temuan ini merugikan Brasil yang merupakan produsen daging sapi dan unggas terbesar di dunia. "Jika pemerintah tidak mengambil tindakan cepat untuk meredakan skandal suap tersebut, maka dapat menutup pangsa pasar ekspor daging bagi Brasil," ujar Maggi yang bericara di depan anggota parlemen, dilansir Reuters, Kamis (22/3).

Maggi menjelaskan, sebelum penyelidikan polisi tersebut dipublikasikan pada pekan lalu biasanya nilai ekspor daging Brasil sebesar 64 juta dolar AS per hari. Namun, setelah kasus tersebut mencuat ekspor daging Brasil turun sebesar 74 ribu dolar AS per hari. Sejumlah negara seperti Hong Kong, Jepang, Kanada, Meksiko, Swiss, dan Afrika Selatan telah melarang masuknya daging impor dari Brasil.

Tak hanya itu, Cina, Uni Eropa, Korea Selatan, dan Cile juga ikut melarang impor daging dari Brasil. Walmart Brasil dalam sebuah pernyataan telah menangguhkan semua produk dari 21 pabrik pengolahan daging. Maggi dan pemimpin pemerintah Brasil lainnya secara agresif mencoba untuk meyakinkan publik bahwa kasus suap tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas produk daging lainnya.

Seorang akademisi di Getulio Vargas Foundation Sao Paulo mengatakan, belum banyak yang diketahui tentang temuan investigasi yang sedang berlangsung. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan produk-produk daging dengan kualitas tidak baik sudah terlanjur memasuki pasar sehingga mengkhawatirkan konsumen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement