EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia menggelar pameran dalam rangka memperingati Hari Hutan Internasional 2017.
Dibuka oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya, pameran Hari Hutan Internasional menjadi ajang bagi perwakilan multisektor untuk menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung program pelestarian hutan Indonesia.
Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas merupakan salah satu pihak yang turut serta, dengan menunjukkan program unggulan Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
DMPA sendiri adalah sebuah program terpadu yang dirancang untuk mengembangkan potensi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar, salah satunya melalui kegiatan agroforestri.
Melalui program DMPA, pendapatan masyarakat dapat naik hingga 50 hingga 70 persen dalam kurun tiga tahun lewat berbagai kegiatan ekonomi, sekaligus menggugah kesadaran masyarakat setempat untuk menjaga ikut menjaga lingkungan sekitar terutama dari bahaya kebakaran hutan.
“Total 76 desa sudah terbantu dengan adanya program ini, dan diharapkan akan mencapai target total 200 desa di tahun 2017 ini,” ujar Agung Wiyono, Kepala Divisi Sosial dan Keamanan Sinar Mas Forestry dalam talkshow DMPA di pameran tersebut, beberapa waktu lalu.
Selain Agung Wiyono, turut hadir Suryono sebagai salah seorang petani champion dalam program DMPA dan Untung Suprapto sebagai perwakilan dari Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
“Tidak hanya dibantu secara modal, APP Sinar Mas berusaha membangun sistem yang membantu para petani dari berbagai sisi. Kami juga melakukan transfer teknologi, fasilitasi pemasaran, interaksi antar sumber daya dan dialog untuk menyelesaikan permasalahan sengketa lahan,” kata dia.
Suryono sebagai salah satu petani asal Riau yang berpartisipasi dalam program ini ikut mengakui bahwa DMPA telah membantu menyejahterakan kehidupannya sebagai petani.
“Dari awal saya mengikuti program ini, bantuan modal yang diberikan Rp 2 juta dan saya berhasil mendapat keuntungan hingga Rp 8 juta. Sampai saat ini saya sudah dapat menghasilkan hingga Rp 200 juta per bulan, sudah bisa menyewa toko kecil dan mengupah karyawan,” tutur Suryono, yang belum lama ini menginvestasikan Rp 40 juta untuk menanam cabai dan kemudian mencetak hasil panen senilai Rp 160 juta.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan teknologi yang diajarkan, petani juga tidak lagi melakukan praktik tebang bakar untuk mengelola lahan.
Kesuksesan program DMPA turut mengundang pujian dari Untung Soeprapto selaku perwakilan dari Direktorat Pengandalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
“Program-program seperti ini seharusnya bisa lebih mendapatkan sorotan, supaya pesannya tersampaikan kepada petani-petani lainnya. Agar semua petani bisa maju seperti Pak Suryono, dibutuhkan adanya gerakan bersama di antara para petani dan dukungan dari berbagai sektor usaha,” ujar Untung.
Program DMPA ke depannya akan dikembangkan di berbagai wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jambi dan Sumatera Selatan.