Ahad 28 Nov 2021 22:17 WIB

Kemenperin & APP Dorong Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan

dukung kemasan ramah lingkungan, APP luncurkan kertas Foopak Bio Natura

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menata sampah plastik yang telah dipilah dan dipadatkan (ilustrasi). pemerintah melalui Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman untuk mulai menggunakan kemasan yang ramah lingkungan.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Pekerja menata sampah plastik yang telah dipilah dan dipadatkan (ilustrasi). pemerintah melalui Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman untuk mulai menggunakan kemasan yang ramah lingkungan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pemakaian plastik kerap menimbulkan masalah lantaran menjadi sampah yang sulit terurai dan cenderung tak ramah lingkungan. Merujuk pada catatan Indonesia Packaging Federation pada tahun 2020, penggunaan material kemasan di Tanah Air mayoritas didominasi plastik, sebesar 44 persen.

Sisanya, sebesar 28 persen menggunakan paperboard dan 14 persen menggunakan kemasan plastik rigid/kaku. Banyaknya sampah plastik di Indonesia juga tercermin dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, di mana produksi sampah plastik mencapai hingga 5,4 juta ton per tahun. Lagi-lagi, makanan dan minuman menempati urutan atas untuk penggunaan kantong plastik.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman untuk mulai menggunakan kemasan yang ramah lingkungan.

Analis Kebijakan Ahli Utama Ditjen IKMA Kemenperin RI Gati Wibawaningsih mengatakan pemerintah mengimbau untuk meminimalisir penggunaan plastik.

“Sampah kemasan [plastik] banyak sekali dan sulit hancur. Kami sangat aware dengan kemasan makanan dan minuman,” katanya saat acara Webinar Foopak dengan tema “Is your business ready for the new wave of sustainable packaging trend?”, Sabtu (27/11).

Fokus Kemenperin tersebut juga memerhatikan bahwa 38 persen industri kecil menengah (IKM) bergerak di sektor pengolahan makanan.

Jika dilihat dari evolusi kemasan, kata dia, kemasan awalnya menggunakan bahan baku dari sumber daya alam. Kemudian berkembang ke plastik yang lebih fleksibel namun ternyata menimbulkan masalah untuk lingkungan. 

Bahkan, Gati menilai penerapan sampah plastik yang didaur ulang akan sulit untuk dijadikan kemasan produk makanan karena harus menerapkan aspek higienitas dan food grade. 

“Oleh karena itu untuk produk makanan kami mendorong kemasan yang ramah lingkungan,” katanya.

Dia memaparkan terdapat gerakan green living yang mendorong kemasan suatu produk dapat digunakan kembali. Dengan cara di-recycle dan reuse. Sebagai produsen kertas untuk makanan dan minuman, Foopak mendukung penggunaan kemasan yang ramah lingkungan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement