EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Industri Keuangan Nonbank (IKNB) Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochamad Mukhlasin memproyeksikan, pertumbuhan premi asuransi syariah tahun ini sekitar 15 persen. Sedangkan, pertumbuhan asetnya bisa lebih tinggi.
"Kalau diperkiraan dari rata-rata rancangan bisnis asuransi syariah yang disampaikan ke OJK, untuk pertumbuhan asetnya sekitar 18 persen," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (28/3).
Ia menjelaskan, pada tahun lalu pertumbuhan aset asuransi syariah di Indonesia tumbuh cukup tinggi mencapai 26 persen. Hanya saja, industri asuransi syariah tahun ini diprediksi hanya tumbuh di kisaran 17-18 persen karena tantangan ekonomi di 2017. "Tahun lalu ada KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan program pemerintah lainnya. Tahun ini pertumbuhan asuransi syariah cukup bagus tapi mereka tidak terlalu optimistis memasang target di atas 20 persen," kata Mukhlasin.
Produk unggulan industri asuransi syariah tahun ini pun, menurutnya, masih sama seperti tahun lalu. Untuk produk asuransi jiwa masih banyak unitlink, kredit asuransi jiwa, dan kredit pembiayaan. Sedangkan asuransi umum masih bergerak di sektor properti dan kendaraan bermotor. "Produk-produk insurance lewat bank masih dominan. Saya nggak pegang angkanya tapi antara 60 sampai 70 persen. Masih jadi primadona," kata Mukhlasin.
Ia menambahkan, saat ini beberapa perusahaan asuransi syariah tengah menyiapkan spin off atau memisahkan dari induk konvensional. Namun ia masih enggan menyebutkan nama beberapa perusahaan tersebut.