Sabtu 08 Apr 2017 04:16 WIB

Pengelolaan Lahan Penggembalaan Sapi akan Diserahkan ke Bumdes

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Peternakan sapi
Foto: istimewa
Peternakan sapi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bupati Belu Willybrodus Lay mengatakan, untuk meningkatkan hasil produksi ternak sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) diperlukan perbaikan lahan penggembalaan sapi atau pastoral yang lebih baik. Saat ini pastoral di NTT tidak terurus dengan baik yakni banyak ditumbuhi semak belukar dan pepohonan.

"Sekarang kalau kita utus pastoral itu secara lebih baik, otomatis kan rumput tumbuhnya jauh lebih baik dan mungkin kita bisa datangkan rumput dari tempat lain untuk ditanam disana," ujar Willy usai menghadap Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jumat (7/4).

Willy menjelaskan, sebelumnya produksi hasil ternak sapi di NTT bisa mencapai diatas 100 ribu ekor per tahun. Namun, saat ini produksinya turun menjadi sekitar 50 ribu ekor per tahun. Ke depan pemerintah ingin meningkatkan hasil produksi ternak sapi mencapai 100 ribu ekor per tahun.

Willy menambahkan, penurunan produksi hasil ternak sapi ini disebabkan oleh faktor penggembalaan pada pastoral atau lahan penggembalaan yang berubah fungsi. "Kita ingin megelola padang-padang pastoral yang ada di Kabupaten Belu," kata Willy.

Willy menambahkan, Pemerintah Kabupaten Belu mendorong badan usaha milik desa (bumdes) agar bisa memberdayakan peternakan sapi. Sebelumnya, menteri desa pernah datang ke Belu dan mengutarakan kepada pemerintah setempat agar dapat menghidupkan kembali bumdes.

"Setelah kita berdiskusi dengan masyarakat, peternakan-peternakan itu akan kita dorong ke bumdes, sehingga bumdes ini bisa menjadi badan usaha yang mana dia harus menopang masyarakat setempat," ujar Willy.

Sejauh ini sudah ada intervensi dari pemerintah pusat untuk bumdes, salah satunya yakni melalui dana desa yang salah satu tujuannya untuk memperkuat ekonomi masyarakat desa. Dana-dana ini merupakan bantuan nyata dari pemerintah pusat untuk membesarkan bumdes.

Sementara itu, apabila pengembangan peternakan sapi ingin melibatkan investor maka pemerintah harus menyiapkan infrastrukturnya terlebih dahulu. Setelah infrastrukturnya siap, maka pemerintah bisa mengundang investor untuk menanamkan modalnya.

"Kalau investor datang dia lihat masih morat marit kan pusing, jadi infrastruktur udah siap boleh kita undang investor datang," kata Willy.

Willy menjelaskan, saat ini pemerintah sedang berupaya untuk memperbaiki infrastruktur peternakan sapi. Sejak 2013 Kementerian Pertanian telah membangun sebuah center modelling untuk mengembangkan peternakan sapi di Belu. Saat ini populasinya sekitar 68 ekor, dan nanti akan ditambah menjadi 100 ekor dengan proses yang bertahap.

"Kurang lebih nyicil 20-30 ribu ekor sesuai padang penggembalaannya," ujar Willy.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan kunjungan ke NTT untuk melakukan inseminasi buatan kepada 23 ekor sapi lokal. Hal ini dilakukan untuk menekan harga daging sapi yang saat ini rata-rata sekitar Rp 120 ribu per kilogram.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement