Senin 17 Apr 2017 13:07 WIB

Industri Kertas Indonesia Diproyeksikan Tumbuh Dua Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik kertas, ilustrasi
Pabrik kertas, ilustrasi

EKBIS.CO,  SURABAYA -- Industri pulp dan kertas di dalam negeri diperkirakan hanya tumbuh 1-2 persen pada tahun ini. Beberapa tahun terakhir, industri kertas dalam negeri tertekan oleh produk impor.

Anggota Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul Huda mengatakan, pertumbuhan industri kertas yang terkontraksi  karena kalah bersaing dengan kertas impor. Huda menjabarkan, kondisi perekonomian dunia yang belum pulih menyebabkan berkurangnya ekspor kertas dari Cina ke Amerika Serikat dan Eropa. 

Kemudian, ekspor kertas dari Cina dialihlan ke negara-negara Asia termasuk Indonesia. Sehingga harga kertas di Indonesia tertekan karena sulit berkompetisi. Selisih harga kertas impor dari Cina lebih murah 4 persen dibanding kertas buatan dalam negeri. 

"Kelihatannya target pertumbuhan tahun ini kecil, bisa bertahan seperti tahun lalu saja sudah bagus. Kalau tumbuh ya paling hanya 1 sampai 2 persen karena banyak yang mati, tapi dikatrol oleh punya Sinarmas yang di Palembang," jelasnya di Surabaya akhir pekan lalu.

Mantan Ketua APKI periode 2011-2016 tersebut menambahkan, untuk menghadapi penurunan industri kertas, sejumlah pengusaha melakukan diversifikasi produk. Produksi kertas digeser ke produk lain seperti kertas cokelat untuk kemasan maupun produk tisu. Sebab, permintaan dua produk tersebut tergantung dengan jumlah penduduk dan jumlah produk yang membutuhkan kemasan. 

Pertumbuhan permintaan dua produk ini hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni sekitar 5-6 persen per tahun. "Itu kemudian pada bergeser pindah ke konsumsinya masih cukup bagus yakni kertas cokelat sama tisu. Karena cokelat sama tisu tergantung pada jumlah penduduk, jumlah makan atau jumlah produk yang butuh kemasan. Kalau HVS kan enggak. Sekarang malah banyak yang enggak pakai kertas. Koran juga turun. Industri kertas tertekan sekali cukup serius 20-22 persen pada 2016," ungkapnya.

Menurutnya, beberapa pabrik kertas yang memiliki dua atau tiga mesin biasanya melakukan diversifikasi. Selain kalah saing dengan produk impor, pabrik kertas dalam negeri juga kalah saing dengan pabrik kertas yang telah terintegrasi. 

Sementara pabrik kertas yang terpisah, prosesnya bubur kayu (pulp) dikeringkan kemudian dibawa ke pabrik di Jawa untuk dibasahi lagi selanjutnya dicetak. "Mereka kalau integrated itu dari kayu jadi bubur pulp tidak perlu dikeringkan, tidak perlu diangkut, tidak perlu dipasarkan langsung disemburkan ke mesin kertas, jadi selesai," kata Huda menambahkan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement