EKBIS.CO, JAKARTA -- Pasar asuransi syariah belum mengalami pertumbuhan signifikan. Tercatat berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penetrasi asuransi syariah per 2016 baru 0,093 persen. Untuk mendorong penetrasinya, perusahaan asuransi harus semakin gencar menyasar ke kelas menengah muslim.
Peneliti Ekonomi Syariah SEBI School of Islamic Economics Aziz Setiawan mengatakan, secara umum harus ada strategi yang lebih kuat dari perusahaan asuransi syariah untuk masuk ke segmen-segmen khusus atau ceruk-ceruk pasar yang potensial.
"Asuransi syariah perlu memetakan lebih detail ceruk-ceruk pasar potensial dari kantong-kantong masyarakat muslim,"ujar Aziz kepada Republika, Selasa (18/4).
Segmen tersebut di antaranya dapat mengoptimalkan kelas menengah muslim yang sedang tumbuh pesat dan lebih terdidik dan literasi asuransinya memadai. Dengan demikian perusahaan asuransi syariah harus lebih detail memetakan potensi kelas menengah Muslim dan membangun channel untuk dapat menjangkaunya secara efektif.
"Dengan penetrasi di bawah 1 persen, tentu sangat jelas penetrasinya bahkan ke kelas itu masih jauh dari optimal," imbuh Aziz.
Selain itu, kantong-kantong komunitas muslim seperti perguruan tinggi islam, pesantren, kelompok pengajian, juga dapat dioptimalkan. Kantong-kantong rohis perkantoran bisa dioptimalkan, dan juga mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi yang lebih kuat untuk edukasi seperti media sosial. "Karena tipologi kelas menengah memang aktif di sosial media," kata dia.
Sementara dari sisi produk, perlu ada inovasi produk yang bisa menjangkau lebih luas. Misalnya asuransi syariah mikro untuk usaha. Sejauh ini asuransi mikro yang ada baru dari konvensional, untuk asuransi syariah menurutnya masih belum terlihat perkembangannya. Dengan strategi tersebut diharapkan penetrasi asuransi syariah dapat meningkat.