EKBIS.CO, INDRAMAYU -- Harga gabah simpan milik petani di Kabupaten Indramayu mengalami kenaikan. Meski begitu, Bulog Indramayu terus melakukan penyerapan.
Berdasarkan pantauan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu, harga gabah kering simpan di tingkat petani ditawar oleh tengkulak sebesar Rp 5.000 per kg. Harga itu mengalami kenaikan dibandingkan seminggu sebelumnya yang mencapai Rp 4.500 – Rp 4.800 per kg.
Besaran harga itu lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No 5 Tahun 2015, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani hanya Rp 3.700 per kg dan gabah kering giling (GKG) Rp 4.600 per kg. Untuk gabah kering simpan, selama ini kualitasnya diatas GKP namun dibawah GKG.
"Kenaikan harga gabah salah satunya akibat panen rendeng yang sudah berakhir," ujar Wakil Ketua Kontak Tani Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, Senin (24/4).
Untuk petani yang belum panen rendeng, hanya sebagian kecil di Kecamatan Patrol, Sukra, Anjatan dan Bongas. Hal itu dikarenakan mereka melakukan tanam tiga kali pada 2016 lalu sehingga baru panen pada Januari 2017.
Sutatang mengatakan, berakhirnya masa panen membuat sejumlah petani memilih menyimpan gabahnya. Mereka baru bersedia mengeluarkan simpanannya itu jika ada yang berani membeli dengan harga tinggi. "Akhirnya tengkulak berani membeli dengan harga tinggi asal mereka bisa dapat gabah," tutur Sutatang.
Selain berakhirnya panen rendeng, lanjut Sutatang, kenaikan harga gabah juga disebabkan berkurangnya produksi panen milik petani. Hal itu disebabkan banyaknya serangan berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi, seperti ulat grapyak, wereng dan tikus.
Menurut Sutatang, banyaknya OPT tersebut dikarenakan musim tanam yang tidak terputus selama 2016 akibat fenomena La Nina. Kondisi itupun menyebabkan siklus OPT yang juga tidak terputus. "Kemarau basah (La Nina) membuat serangan hama meningkat berkali lipat dan membuat hasil panen berkurang," terang Sutatang.
Sutatang menyebutkan, akibat kondisi itu, hasil panen petani menyusut hingga 20 persen. Dalam kondisi normal, produksi padi biasanya mencapai delapan ton per hektare. Namun turun hanya di kisaran tujuh ton per hektare atau kurang dari itu.
Sutatang memprediksi, tingginya harga gabah akan menyulitkan Bulog dalam melakukan penyerapan. Pasalnya, harga gabah di tingkat petani jauh lebih tinggi dibandingkan HPP. "Petani juga lebih memilih menjual gabahnya ke tengkulak karena lebih mahal," kata Sutatang.
Terpisah, Kepala Bulog Indramayu, Asep Buhori, mengatakan, berupaya terus melakukan penyerapan. Dia mengatakan, hingga 18 April 2017, sudah berhasil melakukan penyerapan sebesar 53.666 ton setara beras dari target 219 ribu ton. "Alhamdulillah penyerapan tetap jalan," tandas Asep.