EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri Spring Meeting antara Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington DC sejak pekan lalu hingga awal pekan ini. Lantas apa saja yang dibahas di sana? Melalui sebuah tayangan video yang diunggah di akun resmi Kementerian Keuangan di Youtube, Sri menceritakan kesibukannya selama sepekan di Washington DC. Sri mengungkapkan, kunjungannya ke AS diawali dengan memberikan pidato di USINDO (US - Indonesia Society) yang mengundang pelaku usaha, investor, pemangku kebijakan, dan para pimpinan di sektor publik, pemerintahan, LSM, dan masyarakat swasta yang berada di AS.
"Pada kesempatan ini saya jelaskan mengenai kondisi ekonomi Indonesia, bagaimana program-program reformasi kita lakukan, dan apa ambisi kita untuk bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi dan berkualitas baik," ujar Sri, Senin (24/4).
Ia juga mengaku menggunakan kesempatan itu untuk mengungkapkan pandangannya tentang kecenderungan proteksionisme yang dilancarkan oleh pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump. Ia menilai, kebijakan Trump ini bisa mempengaruhi ekonomi global dan berdampak pula kepada ekonomi domestik. Di hadapan para investor, Sri juga menjelaskan target pemerintah untuk bisa menggandeng sektor swasta dalam melakukan pembangunan infrastruktur.
Sementara pada tanggal 21 April 2017, bertepatan dengan Hari Kartini di Indonesia, Sri menghadiri sebuah undangan diskusi yang adakan oleh IMF dan Bank Dunia. Menariknya, sesuai dengan tema Hari Kartini, pertemuan yang ia hadiri mengangkat tema soal pemberdayaan perempuan secara global. "Saya peringati Hari Kartini dengan berpartisipasi sebagai salah satu panelis dalam pembahasan mengani women empowerment di seluruh dunia," katanya.
Bersama dengan Menteri Keuangan dari seluruh dunia, Sri juga melakukan pembahasan soal dinamika ekonomi global yang sedang menghadapi risiko dari proteksionisme AS dan antiglobalisasi yang dilakukan negara-negara barat. Dengan Menteri Keuangan AS, Sri Mulyani juga memamerkan kesuksesan program amnesti pajak yang dilakukan di Indonesia sejak Juli 2016 hingga Maret 2017 lalu. Ia menegaskan kepada menkeu-menkeu di seluruh dunia bahwa Indonesia sedang gencar melakukan reformasi perpajakan.
Sri juga melakukan pembicaraan secara personal dengan sejumlah Menkeu dari beberapa negara. Selain dengan Menkeu AS, Sri juga melakukan pembicaraan dengan Menkeu Jepang untuk membahas kerja sama ekonomi khususnya peningkatan investasi Jepang di Indonesia. Selain itu, dengan Menkeu India juga membahas soal upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan di masing-masing negara. Apalagi, Indonesia dan India memiliki kemiripan tantangan dalam mengentaskan warganya dari kemiskinan.
"Saya juga bertemu dengan Menkeu Korea Selatan untuk membahas geopolitik yang berhubungan dengan hubungan di Korea Utara," katanya.
Tak hanya itu, Sri juga mengaku melakukan pertamuan dengan berbagai lembaga pemeringkat di AS untuk menjelaskan soal kebijakan ekonomi Indonesia khususnya dalam mengelola APBN. Ia berharap bahwa penjelasan dan pengertian kepada lembaga pemeringkat bisa memberikan penilaian positif bagi Indonesia ketika lembaga pemeringkat merilis ratingnya.
Terakhir, Sri mengungkapkan pertemuan dengan IMF dan Bank Dunia di Washington DC termasuk membicarakan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah dalam Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia tahun 2018 di Bali, Indonesia.
"Presiden telah menunjuk Menko Luhut untuk persiapkan seluruh persiapan termasuk logistik hingga tempat dan berbagai hal yang harus dilakukan," kata Sri.
Sri menilai, sebagai tuan rumah maka Indonesia memiliki kesempatan emas untuk menunjukkan potensi ekonomi dan pariwisata yang dimiliki Indonesia kepada dunia. "Kita juga diberikan kemampuan untuk presentasikan kawasan ASEAN yang selama ini menjadi kawasan yang paling aktif dan potensial dalam ekonomi dunia," ujar Sri.