EKBIS.CO, JAKARTA -- Program bahan bakar minyak (BBM) Satu Harga menelan biaya distribusi yang besar. PT Pertamina (Persero) harus merogoh kocek sedikitnya Rp 2 triliun per tahun untuk mengirim BBM ke wilayah-wilayah terpencil dan terluar.
Menanggapi hal tersebut Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan subsidi agar tercapai keadilan nasional. "Karena itu pemerintah harus meningkatkan subsidi artinya, tapi karena kebutuhannya tidak terlalu besar maka ya pemerintah demi keadilan akan menjalankan itu, dan sudah dijalankan sebagian," ujar Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Selasa (9/5).
Jusuf Kalla mengatakan, selama ini distribusi BBM menelan ongkos yang tinggi terutama di daerah yang cukup sulit seperti Papua. Sebab di daerah-daerah terpencil distribusi BBM harus menggunakan pesawat udara, sehingga harga BBM berbeda di setiap daerah.
"Supaya ada keadilan nasional maka dimanapun itu harga BBM akan disatukan khususnya yang harga BBM subsidi seperti permium atau solar," kata Jusuf Kalla.
Sebelumnya, Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, Pertamina siap mewujudkan BBM Satu Harga di 145 lokasi hingga 2019. Meskipun, tingginya biaya distribusi akan mengurangi laba perseroan.
Sebagai badan usaha milik negara, kata dia, Pertamina harus mampu menyamaratakan harga BBM di Tanah Air yang merupakan amanat Presiden Joko Widodo. "Ini (biaya distribusi) uang sedekahnya Pertamina," kata Toharso saat bertemu awak media, di Jakarta, Senin (8/5).
Toharso menjelaskan, biaya distribusi tinggi karena sulitnya akses pengiriman. Untuk memasok BBM ke perbatasan Kalimantan misalnya, Pertamina harus menggunakan pesawat air tractor dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
Jumlah BBM yang dipasok sekitar empat ton dalam sekali pengiriman menggunakan pesawat. Jika diperinci, biaya distribusi per liter BBM sebesar Rp 38 ribu. Pengeluaran tersebut untuk membayar sewa pesawat hingga jasa pilot.
"Kami menjualnya dengan harga yang sama seperti BBM penugasan," kata Solarso.
Dia menjelaskan, harga solar BBM penugasan sebesar Rp 5.150 per liter, sedangkan Premium Rp 6.450 per liter.
Toharso mengakui ada kendala dalam menjalankan BBM Satu Harga di seluruh Indonesia. Pertamina kesulitan mencari pengusaha atau investor yang mau membuka stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah terpencil dan terluar.
"Tidak ada yang mau buka SPBU karena pengirimannya tidak bisa pakai jalur darat," katanya.
Dia menceritakan, tempat pengisian BBM yang ada di wilayah terpencil hanya lapak-lapak kecil seperti 'Pertamini'. Meski begitu, tegas dia, Pertamina akan terus menjalankan program BBM Satu Harga meskipun banyak tantangan serta dana yang harus dikeluarkan.
"Rakyat punya hak untuk menikmati BBM dengan harga yang sama," katanya.