Sabtu 13 May 2017 02:18 WIB

Cile Tertarik Kerja Sama dengan ASEAN

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Presiden Joko Widodo bersama Presiden Cile Veronica Michelle Bachelet melakukan pernyataan bersama terkait kerjasama kedua negara di Istana Merdeka, Jumat (12/5).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Joko Widodo bersama Presiden Cile Veronica Michelle Bachelet melakukan pernyataan bersama terkait kerjasama kedua negara di Istana Merdeka, Jumat (12/5).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Cile akan memperkuat hubungan kerja sama di sektor perdagangan komoditas. Kerja sama ini diharap mampu meningkatkan perdapatan ekspor dari negara-negara nontradisional.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, dalam pertemuan dengan Presiden Cile, salah satu isu yang dibahas adalah di bidang perdagangan. Indonesia saat ini tengah melakukan pembicaraan mengenai perjanjian bilateral antar kedua negara.

Namun, hingga saat ini belum ada kesepakatan secara terperinci apa saja yang nantinya akan dikerjasamakan secara bilateral dalam bidang perdagangan komoditas. "Kita sepakat untuk fokus mengenai perdagangan komoditas terlebih dahulu. Setelah setelah barulah nanti ke sektor jasa, dan investasi yang akan dibicarakan selanjutnya," ujar Retno di Istana Negara, Jumat (12/5).

Untuk tahun ini, Indonesia dan Cile terlebih dahulu akan menyelesaikan detil kerjasama yang akan di bidang perdagangan. Dalam bidang perdagangan beberapa produk yang diharap mampu menunjang perekonomian kedua negara diantaranya adalah sektor perikanan dan pertanian.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga akan mengajukan sejumlah produk yang dihasilkan dari industri strategis nasional. Dalam perdagangan kedua negara, Indonesia selama ini mengalami surplus.

Tercatat pada 2016 jumlah perdagangan kedua negara mencapai 227,2 juta dolar AS. Di mana Indonesian mampu mengekpor barang dengan pemasukan mencapai 143,8 juta dola AS, dan impor 83,3 juta dolar AS. Artinya terdapat surplus perdagangan mencapai 60,5 juta dolar AS.

Selain itu, Cile juga tertarik dengan kerjasama multilateral ASEAN Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ini merupakan bentuk kerja sama ekonomi dan perdagangan dikawasan ASEAN dengan enam Negara mitra ekonominya, yakni: Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru.

Ke-16 Negara peserta RCEP memiliki hampir separuh dari populasi dunia, dan terhitung memiliki hampir 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) global dan pelaku dari seperempat ekspor dunia. Keinginan tersebut mengemuka setelah kerja sama yang akan dibangun melalui Trans-Pacific Partnership (TPP) tidak rampung.

Sebab, Amerika Serikat yang awalnya menginisiasi kerjasama tersebut telah berubah pandangan dan tidak akan melanjutkan program ini. "Cile menarik opsi lain di mana mereka mungkin bisa berpartisiaspi untuk ekonomi terbuka seperti ASEAN RCEP," kata Retno.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement