EKBIS.CO, JAKARTA -- Pertumbuhan industri layanan teknologi finansial atau financial technology (fintech) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada awal tahun ini. Meskipun terbilang baru, industri ini sudah menarik minat nasabah untuk melakukan pinjaman.
Perusahaan fintech peer to peer lending Investree, misalnya, telah mengalami pertumbuhan pinjaman hingga 200 persen. Berdasarkan data perusahaan, Investree telah mendanai pinjaman hingga Rp 140 miliar dari 561 total pinjaman.
"Untuk Investree sendiri pertumbuhannya sangat positif, portofolio kami dari Januari hingga awal Mei mengalami pertumbuhan pinjaman yang sudah terdanai sudah melebihi 200 persen," ujar CEO Investree, Adrian Gunadi, kepada Republika.co.id, Kamis (25/5).
Menurut Adrian, pinjaman yang terdistribusi di Investree mayoritas dari sektor atau industri kreatif yang mana adalah berupa pinjaman bisnis berbasis Invoice Financing. Untuk jumlah kredit yang disalurkan di Investree dalam sebulan rata-rata sekitar Rp 235 juta.
Sedangkan rasio kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL), kata Adrian, masih dalam rasio yang aman, yaitu 0 persen. Berdasarkan data perusahaan, pinjaman lunas yang telah terbayarkan yaitu sebesar Rp 105 miliar dari 376 total pinjaman.
"Sektor yang penyalurannya memiliki risiko yang rendah seperti industri kreatif seperti event organizer, agensi periklanan, production house," kata Adrian.
Sementara, perusahaan fintech Modalku, telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 162,7 miliar. Nilai ini mengalami pertumbuhan melebihi 200 persen dari pertumbuhan Desember 2016 yang sebesar Rp 55 miliar.
"Dari Desember 2016 yang sebesar Rp 55 miliar, bisa dibilang naik lebih dari dua kali lipat dalam waktu lima bulan," ujar CEO Modalku Reynold Wijaya.
Dengan nilai tersebut, Reynold optimistis bahwa penyaluran pinjaman hingga hingga akhir tahun bisa mencapai pertumbuhan yang sama dengan awal tahun ini. Untuk sektor yang didanai, kata Reynold, hampir tersebar ke seluruh sektor, yang terpenting lolos credit scoring dan penilaian dari tim Modalku.
"Ke sektor UMKM, manufacturing, distribusi juga lumayan, outsourcing, service juga. Jadi tersebar," ujar Reynold.
Dengan nilai pinjaman minimal Rp 50 juta dan maksimal Rp 2 miliar, hingga saat ini pihaknya dapat menjaga rasio NPL di kisaran nol persen. Reynold optimistis rasio ini masih tetap akan terjaga dengan assesment yang penuh kehati-hatian dari perusahaan.