EKBIS.CO, SURABAYA -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 4-6 persen hingga akhir 2017. Hal tersebut terkait dengan tren pembangunan infrastruktur yang terus mengalami peningkatan dalam dua sampai tiga tahun terakhir.
Meskipun infrastruktur hanya mengonsumsi 12 persen dari total seluruh konsumsi semen. "Infrastruktur seperti tol, pelabuhan, bendungan, power plan, dan pabrik itu konsumsinya tidak banyak. Tapi begitu selesai dibangun di sekitarnya itu aktivitas ekonominya tumbuh. Ini triger. Infrastruktur penting untuk multiplier efek," ujar Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia, Agung Wiharto, seusai acara diskusi tentang industri semen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (26/5).
Dikatakan, konsumsi terbesar masih di Pulau Jawa yang mencapai 56 persen. Sebanyak 25 penjualan semen merupakan konsumsi untuk pembangunan infrastruktur. Sedangkan 75 persen penjualan dari segmen ritel.
"Kalau melihat tanda-tandanya tahun ini lebih bagus. Tapi semen itu kalau orang butuh akan beli kalau tidak buat apa ngangkutnya saja butuh tenaga. Tapi kalau lagi membangun pasti beli," jelasnya.
Ia menambahkan, penjualan produk Semen Indonesia pada April meningkat sangat kuat. Penjualan pada bulan tersebut meningkatkan penjualan tiga bulan sebelumnya yang kurang bagus.
"Jadi penjualan Januari, Februari, Maret itu terangkat oleh April. Tapi ini sesuatu yang wajar karena kalau di Januari, Februari, Maret itu hujan masih kencang. Ini siklus kok. April sudah mulai kencang. Dari sebelumnya minus menjadi lima persen," kata dia.
Menurutnya, puncak tertinggi penjualan semen biasanya terjadi pada Juli, Agustus, September dan Oktober atau semester kedua. Sementara saat momen Lebaran, biasanya penjualan semen turun. Bahkan menyentuh angka terendah sepanjang tahun.
Sebab, selama sepekan sebelum dan sepekan sesudah Lebaran, truk-truk pengangkut semen dilarang melintas. "Ini hanya konsumsi yang tertunda karena kita berhenti. Jadi biasanya Lebaran konsumsinya jatuh, working base hanya separuh karena yang setengah bulan tidak bekerja," kata Agung.
Adapun penjualan pada Desember biasanya turun karena musim hujan, ada perayaan hari Natal, dan sebagian masyarakat memilih berlibur. Kondisi tersebut berlanjut hingga Januari sampai Februari.