EKBIS.CO, BANDUNG -- Sekitar 800 wanita pengusaha di Kota Bandung mengikuti konferensi Womenwill yang digelar oleh Google, belum lama ini. Yakni, sebuah program pelatihan gratis yang ditujukan bagi para pemilik usaha kecil dan menengah (UKM) perempuan. Program itu, bertajuk Gapura (Gerakan Pelatihan Usaha Rakyat) Digital.
Menurut Pemimpin program Womenwill untuk Google Indonesia, Fibriyani Elastria, Google membuat konferensi Womenwill di lima kota. Salah satunya, digelar di Kota Bandung. Konferensi ini, membahas topik utama seputar pengembangan bisnis kecil milik wanita.
"Di Bandung, konferensi ini dihadiri oleh hampir 800 wanita pengusaha," ujar Fibriyani dalam siaran persnya, Jumat (26/5). Tujuan digelarnya Womenwill Indonesia adalah untuk menghapus kesenjangan peluang ekonomi. Karena, saat ini, banyak wanita Indonesia ingin berbisnis namun tidak tahu harus memulai dari mana atau dengan cara apa.
“Membantu wanita Indonesia meraih lebih banyak peluang ekonomi adalah kunci untuk mencapai emansipasi dan kesejahteraan mereka," katanya.
Fibriyani mengatakan, berdasarkan laporan IFC pada 2016 dengan judul “UKM yang dimiliki Wanita di Indonesia,” sekitar 51 persen bisnis mikro dan kecil di Indonesia dimiliki oleh wanita. Tetapi, hanya 34 persen bisnis ukuran menengah yang dimiliki oleh kaum wanita. Selain itu, 47 persen wanita pengusaha Indonesia jarang memanfaatkan teknologi, seperti komputer, dalam mengembangkan bisnis mereka.
“Padahal, dari beberapa studi, kami mengetahui bahwa bisnis yang hadir secara online tumbuh 80 persen lebih cepat dari bisnis yang masih offline,” kata Fibriyani.
Seorang Pengusaha UMKM wanita di Bandung Founder and CEO Papyrus Photo, Aprilia Kristiawan, mengatakan, dampak signifikan sangat dirasakan dirinya semenjak memutuskan bisnisnya going online. “Memasuki gerbang dunia digital adalah cara terefisien, efektif, dan sangat memberi dampak," katanya.
Menurut Aprilia, dengan memanfaatkan digital, tak ada lagi biaya-biaya promosi yang melangit dengan dampak yang tidak bisa diukur. Karena, musuh terbesar kita sebagai kaum perempuan adalah keterbatasan. "Itu masa lalu ketika dunia digital belum ada. Sekarang, masanya dunia tanpa batas," katanya.