Kamis 08 Jun 2017 19:35 WIB

40 Tahun Berdagang, Etik Semakin Maju dengan Fintech

Red: Gita Amanda
Etik semakin terbantu dengan pendanaan financial technology dari Amartha
Foto: Amartha
Etik semakin terbantu dengan pendanaan financial technology dari Amartha

EKBIS.CO, Memulai usaha sejak tahun 1977, Etik (52 tahun) memilih untuk berdagang. Awalnya ia merintis usaha berdagang sayuran dan buah-buahan. Ia berjualan dengan cara berkeliling di sekitar lingkungan desanya.

Tidak lebih dari satu tahun ia jalankan usaha tersebut, ia merasa lelah. Ini dikarenakan keadaan jalan di daerahnya sangat terjal dan juga ditambah beban sayuran dan buah-buahan yang cukup berat.

Sepuluh Rupiah kala itu ia jadikan sebagai modal untuk memulai usaha baru yaitu berjualan aneka gorengan. Tempe goreng, tahu goreng, aci dan bakwan adalah jenis-jenis gorengan yang biasa ia jual kala itu.

Sistem berjualan yang ia pakai masih sama, yaitu dengan cara berkeliling di desa tempat tinggalnya dan beberapa desa tetangga. Hingga saat ini usahanya sudah semakin berkembang. Makanan yang ia jual juga semakin bervariasi, mulai dari gorengan, lontong, gado-gado, ketoprak dan juga aneka kue kecil.

Modal setiap hari yang ia gunakan untuk membeli bahan baku dagangannya dan untuk mengupah tiga karyawaan yang ia pekerjakan adalah Rp 350 ribu, Dengan omzet yang ia dapatkan rata-rata adalah Rp 600 ribu setiap harinya, dari seluruh makanan yang ia jual.

Hal tersebut berarti, dalam satu hari ia mampu memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 250 ribu setelah dipotong modal awal. Sehingga dalam satu bulan ia mengantongi laba bersih Rp 7.5 juta. Omzet tersebut bisa naik dua kali lipat pada saat bulan Ramadhan tiba, mengingat banyak orang yang memburu makanan dan juga gorengan untuk dijadikan takjil.

Etik 40 tahun berjuang untuk keluarganya

Berjuang untuk Keluarga

Memiliki enam orang anak membuat Etik selalu bersemangat untuk terus bekerja dan berjuang demi mereka. “Suami saya bekerja sebagai buruh serabutan, seminggu paling bisa kasih uang empat ratus ribu, ya uang segitu mah mana cukup untuk hidup kami semua,” ujar Etik menceritakan hidupnya dan keluarga.

Sejak dulu Etik memang bertekad untuk bekerja dan membantu suami agar dapur tetap mengepul dan anak-anaknya dapat sekolah. Perjuangan Etik selama ini pun tidak sia-sia. Seluruh anaknya saat ini dapat menikmati bangku sekolah. Anak pertama dan kedua sudah tamat hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mereka telah bekerja, kemudian saat ini anak ketiganya sudah lulus SMA dan sudah bekerja.

Bahkan anak keempatnya saat ini telah mengenyam pendidikan perguruan tinggi di salah satu perguruan tinggi swasta di Kabupaten Bogor. Anak kelimanya sedang duduk di bangku SMA dan anak bungsunya saat ini sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Alhamdulillah ibu bisa sekolahin semua anak ibu dengan jualan gorengan dan makanan, semoga masa depan mereka lebih baik dari ibu dan bapak,” ujar Etik.

Menurut Etik manusia hidup di dunia ini pasti memiliki tantangan dan cobaan masing-masing. Seperti Etik yang selama ini boleh dikatakan belum sepenuhnya hidup sejahtera. Sejak kecil ia sudah terbiasa banting tulang mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup.

Hingga menginjak usia lebih dari setengah abad pun, ia masih tetap semangat berjuang, bekerja untuk dirinya dan keluarganya. Namun seluruh daya upaya yang telah ia curahkan tidak sia-sia, setelah bergabung bersama Amartha selama kurang lebih lima tahun, mulai dari pembiayaan 500 ribu hingga saat ini telah mendapatkan pinjaman sebesar lima juta rupiah, yang ia gunakan untuk mengembangkan usahanya, telah berbuah manis.

Selain telah berhasil menyekolahkan keenam anaknya, kini ia telah menabung untuk renovasi rumah dan untuk membuat warung kecil di depan rumahnya. Batu bata dan semen pun telah ia kumpulkan.

“Alhamdulillah, berkat Amartha ibu bisa sedikit dikit kumpulin uang buat renovasi rumah, Insyaallah sedikit lagi lah ibu mulai renovasi rumah sama bikin warung kecil-kecilan buat dagang gado-gado, lontong dan gorengan di sini,” ujar Etik menceritakan rencana ke depannya.

Keinginan untuk tetap maju dan menjadi lebih baik telah tertanam dalam benaknya sejak lama. Maka ia tidak pernah sedikit pun mengeluh atas segala hal yang ia jalani. Semangatnya yang selalu membara melaju bersama mimpi-mimpi dan harapannya untuk keluarganya menjadi lebih baik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement