EKBIS.CO, Hidup berdua dengan buah hatinya yang kala itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, membuat Ijah terbiasa bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya dan keperluan sekolah anak semata wayangnya. Ijah paham betul bahwa ketiadaan suaminya, yang telah meninggal, membuat Ijah harus berusaha untuk menyokong perekonomian keluarganya.
Ijah memutuskan untuk berdagang bakmi ayam di depan rumahnya guna mencukupi kebutuhan keluarganya sehari–hari. Selain itu, kini anak semata wayangnya yang telah lulus SMP memutuskan untuk langsung bekerja agar dapat menambah penghasilan keluarga.
Sehari–hari Ijah berdagang bakmi ayam di depan rumahnya. Teras yang tidak begitu luas, ia gunakan untuk menempatkan gerobak bakmi ayam, sebuah meja, dan beberapa bangku untuk duduk para pembelinya. Kebanyakan pelanggan bakmi ayam buatan Ijah adalah warga di kampungnya.
“Karena kami hanya hidup berdua saja, saya ingin tetap mandiri, berusaha memenuhi kebutuhan saya dan anak semata wayang, agar ia dapat hidup layak dan tercukupi, ” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kenginananya yang kuat untuk terus berdagang bakmi ayam juga karena ingin memiliki tabungan masa depan untuk dirinya dan anaknya. Meski menjadi satu–satunya orang tua bagi anak semata wayangnya, Ijah tidak pernah merasa rendah diri, justru karena hal inilah Ijah semakin keras dalam berusaha dan berharap agar nanatinya mereka bisa hidup sejahtera.
Penghasilan Ijah dari berdagang bakmi ayam setiap harinya mencapai Rp 300 Ribu, uang tersebut ia gunakan untuk keperluan sehari – hari dan modal untuk usaha bakmi ayamnya. Ijah berusaha mengelola keuangannya sebaik mungkin dan berupaya ada sedikit bagian yang bisa sisihkan untuk ditabung.
Ijah tidak sendiri dalam bekerja keras. Bahkan bersama anak sematang wayangnya Ijah bahu membahu untuk menambah penghasilan keluarga guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Ia bercerita, anakya telah lulus SMP dan kini telah bekerja, ia memiliki keinginan agar suatu saat nanti bisa mempunyai usaha kecil–kecilan sendiri yang ia rintis bersama sang Ibu.
Kasih sayangnya pada sang Ibu membuat anak semata wayangnya tidak ingin jauh dari Ibunya, meski ia bekerja. Ijah bersama anaknya sering berangan–angan untuk segera bisa hidup lebih mandiri lagi, mengembangkan usaha bakmi ayam yang kini ditekuni dan menambah lagi usaha baru untuk anaknya.
Keinginan itu rupanya yang mendorong Ijah untuk bergabung bersama Amartha. Selama satu tahun Ijah bergabung sebagai mitra Amartha, pembiayaan untuk modal usaha yang diperolehnya adalah 3 juta rupiah. Baginya modal tersebut sangat berarti untuk mengembangkan usaha bakmi ayamnya. Usaha bakmi yang ia jalankan sekarang ini terbukti semakin maju, banyaknya pesanan bakmi ayam dari pelanggan juga turut menambah pundi-pundi penghasilannya dan juga bisa menambah tabungan masa depan bagi Ijah dan anaknya.
“Saya sebelum di Amartha jarang sekali bisa nabung, kalau pun nabung bisanya cuman sedikit, tapi alhamdulilah sekarang saya bisa selalu sisihkan sedikit untuk tabungan masa depan, karena produksi saya makin banyak dan penghasilanpun bertambah,” ujar Ijah.
Kembangkan Usaha
Selain usaha bakmi ayamnya semakin maju, kini Ijah juga mampu memberikan sedikit modal untuk anaknya mendirikan bengkel motor sederhana. Ijah berharap anaknya bisa terampil mengembangkan usaha bengkelnya itu sehingga tidak perlui bekerja jauh dari rumah.
“Saya dari dulu nabung sedikit – sedikit pas ada uang yang bisa disisihkan, sekarang anak saya buka bengkel, ya walaupun bengkel sederhana semogalah bisa untuk bantu tambah penghasilan,” ujar Ijah , menceritakan harapannya.
Meski telah menginjak usia yang tak lagi muda, dan hidup tanpa suami, Ijah terus gigih berusaha agar mampu membangun hidup lebih mandiri untuk dirinya dan anak semata wayangnya. Ia berharap agar dapat meraih kesehjahteraan hidup suatu saat nanti dan dapat semakin mengembangkan usaha yang mereka rintis bersama.