EKBIS.CO, LONDON -- Salah satu retailer terbesar asal Inggris, Debenhams, diperingatkan akan menghadapi masa suram jika volatilitas pasar berlanjut. Keuntungan warabala retail ini diperkirakan turun ke titik makin bawah setelah menghadapi beberapa bulan yang sulit karena volatilitas di pasar ritel Inggris.
Volatilitas adalah besaran pergerakan harga dari waktu ke waktu. Penjualan di waralaba ini turun 0,9 persen dalam 15 pekan sampai dengan 17 Juni 2017, karena iklim perdagangan retail terbukti kurang dapat diprediksi.
Saham Debenhams juga turun 3,4 persen di awal perdagangan menjadi 43 poundsterling. Kondisi ini sesuai data dari Kantor Statistik Nasional, yang menunjukkan bahwa penjualan eceran selama setahun terakhir tercatat pada laju pertumbuhan paling lambat sejak April 2013.
"Iklim perdagangan Inggris kurang dapat diprediksi sejak Paskah, dengan data industri yang mengonfirmasikan bahwa bulan Mei sangat sulit bagi industri ritel," kata perusahaan itu, dilansir dari Telegraph, Rabu (28/6).
"Jika volatilitas pasar berlanjut, laba sebelum pajak bisa menuju titik makin bawah dari rerata saat ini," imbuh Debenhams.
Debenhams sempat menikmati pertumbuhan penjualan digital 7,9 persen dalam periode tersebut, sementara penjualan makanan naik 5 persen menyusul diperkenalkannya serangkaian penawaran baru.
Awal tahun ini, CEO Sergio Bucher mengumumkan rencananya untuk menghidupkan kembali rantai tersebut dengan menarik lebih banyak pelanggan mobile dan membuat belanja lebih mudah. Namun, strateginya yang disebut Debenhams Redesigned, gagal memenangkan hati investor. Hal itu terlihat dari pergerakan harga saham yang turun 5 persen.
"Kami membuat kemajuan dengan menerapkan strategi baru yang menarik dan ambisius, Debenhams Redesigned, yang akan menjadikan kami tujuan Belanja Sosial," kata Bucher. Ia menambahkan, pihaknya akan memberikan kemudahan dan perubahan lain yang dapat meningkatkan layanan bagi para pelanggan.