EKBIS.CO, SURABAYA - Kenaikan tarif listrik menjadi pendorong utama inflasi Jawa Timur pada Juni 2017. Inflasi Jatim pada Juni 2017 tercatat sebesar 0, 49 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,69 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur Teguh Pramono mengatakan inflasi tertinggi pada Juni 2017 terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mencapai 0,98 persen. Disusul kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,56 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,52 persen; kelompok sandang 0,45 persen; kelompok kesehatan 0,23 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,18 persen; dan kelompok bahan makanan 0,10 persen.
Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi yakni tarif listrik, daging ayam ras, dan tarif kereta api. "Kenaikan tarif listrik masih disebabkan oleh pencabutan subsidi tahap ketiga untuk pengguna listrik pemakaian daya 900 Volt Ampere. Hal ini mengakibatkan tingginya inflasi di kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar," jelasnya dalam konferensi pers di kantor BPS Jatim di Surabaya, Senin (3/7).
Selain itu, meningkatnya permintaan daging ayam ras bersamaan dengan Ramadhan dan Idul Fitri membuat harganya meningkat. Sedangkan kenaikan tarif kereta api dikarenakan lonjakan kebutuhan angkutan bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Komoditas lain yang mendorong inflasi antara lain, tarif angkutan antar kota, emas perhiasan, soto, rekreasi, daging sapi, angkutan dalam kota, dan tahu campur.
Ia menambahkan, pola perubahan harga pada Juni 2017 ini tidak terlalu berubah dibandingkan Juni tahun-tahun sebelumnya selama 10 tahun terakhir. Sejak 2008 hingga 2017, pada Juni selalu terjadi inflasi. Hal itu disebabkan pada Juni biasanya bertepatan dengan Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri. Inflasi tertinggi terjadi pada Juni 2008 sebesar 2,24 persen, dan inflasi terendah terjadi pada Juni 2008 sebesar 0,32 persen.
Di sisi lain, beberapa komoditas yang menghambat laju inflasi, yakni cabai rawit, bawang putih, dan cabai merah. Harga cabai rawit dan cabai merah turun dikarenakan telah memasuki masa panen sehingga stok melimpah di pasaran. Selain itu, banyaknya kegiatan operasi pasar yang dilakukan pemerintah berdampak pada turunnya harga bawang putih.
"Pengendalian inflasi di Jatim cukup bagus. Andil terbesar terjadinya inflasi berasal dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices). Sedangkan komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami deflasi sebesar 0,01 persen," imbuhnya.
Dari delapan kota di Jatim yang dihitung indeks harga konsumen (IHK) semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,70 persen, dan inflasi terendah terjadi di Malang sebesar 0,37 persen. Laju inflasi tahun ke tahun (yoy) di Jatim pada Juni 2017 sebesar 4,66 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender (ytd) sebesar 2,97 persen.