EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku banyak pihak yang mengincar proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Fase II Koridor Utara-Selatan, termasuk dari Cina.
"Yang tertarik bukan dia (Cina) saja, dari bulan juga tertarik," katanya di Jakarta, Selasa (11/7).
Kendati demikian, Luhut mengaku belum pernah menerima penawaran China terkait skema pembiayaan. Menurut dia, bisa saja pemerintah menerima berbagai tawaran asing untuk pembiayaan proyek angkutan massal itu. "Bisa saja, tapi kami belum terima. Belum pernah kita terima (penawaran Cina)," ujarnya.
Pembangunan MRT Fase II Koridor Utara-Selatan yang menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia-Kampung Bandan ditargetkan dimulai pada Oktober 2018. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar seusai rapat koordinasi di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Rabu (5/7), mengatakan pihaknya saat ini sedang berupaya mempercepat proses pembangunan Fase II koridor Utara-Selatan. "Target kami tahun depan, Oktober untuk Fase II kita kerjakan, dimulai konstruksinya," katanya.
Pembangunan MRT Koridor Utara-Selatan Fase I (Lebak Bulus-Bundaran HI) mendapatkan pinjaman dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency (JICA) sebesar Rp 14,178 triliun atau sebesar 123,36 juta yen. Belakangan, ada usulan penambahan anggaran sebesar Rp2,56 triliun untuk pembebasan lahan stasiun layang.
Pemerintah berencana membangun MRT Jakarta untuk dua koridor, yakni Utara-Selatan yang menghubungkan Jakarta dan Timur-Barat sepanjang Cikarang (Bekasi)-Balaraja (Banten). Pada fase pertama koridor Utara-Selatan, panjang jalur rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia yang mencapai 16 km ditargetkan bisa beroperasi Maret 2019 sejak dibangun 2013.
Ada pun untuk Koridor Timur-Barat akan dimulai 2020, maju dari sebelumnya yang direncanakan dimulai 2022. Percepatan pengerjaan proyek MRT ditujukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas Ibu Kota DKI Jakarta dengan menyediakan moda transportasi massal yang cepat, aman, dan nyaman.