EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat otomotif Achadiat Suhadi memprediksi kelesuan penjualan kendaraan bermotor terjadi karena dampak dari gencarnya dorongan pemerintah agar masyarakat menggunakan transportasi umum. Hal itu kemudian ditambah dengan masifnya pengerjaan proyek-proyek infrastruktur di dalam kota yang menambah kemacetan sehingga muncul dorongan untuk menggunakan transportasi umum.
Achadiat mengatakan, karena penjualan kendaraan bermotor terkonsentrasi di Jakarta dan sekitarnya, maka masalah-masalah lokal tersebut sangat memengaruhi penjualan kendaraan secara total. "Tapi saya pikir efeknya hanya temporer," ujarnya, saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (16/7).
Jika kemacetan sudah dapat teratasi, Achadiat memperkirakan, penjualan kendaraan bermotor akan kembali bergairah. Apalagi, pada 2015 lalu, rasio antara kendaraan bermotor roda empat dengan total populasi di Indonesia masih rendah, yakni 77 mobil untuk per 1.000 orang. Artinya, penjualan kendaraan bermotor di Indonesia masih akan terus tumbuh.
Ia memprediksi, ke depan penjualan kendaraan bermotor juga akan lebih merata ketika infrastruktur jalan makin banyak tersedia di luar Jawa.
Sebelumnya, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat selama semester satu tahun ini penjualan sepeda motor hanya menyentuh angka 2,7 juta unit. Angka tersebut turun sekitar tujuh persen dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu, yang sebanyak 2,9 juta unit.
Data yang dimiliki gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) juga mencatat ada penurunan permintaan kendaraan roda empat yang signifikan pada Juni 2017.Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto menuturkan, pada Mei 2017, penjualan kendaraan bermotor roda empat tercatat 93.775 unit. Meski belum mendapatkan angka final, ia memperkirakan penjualan kendaraan pada Juni 2017 turun menjadi hanya 60.000-an unit.