EKBIS.CO, JAKARTA -- Pembangunan infrastruktur dinilai penting untuk penurunan kemiskinan dan ketimpangan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menilai, ketika infrastruktur tersebut sudah selesai dibangun dan dimanfaatkan akan memberikan kemudahan akses.
Ia menyatakan, meski pembangunan infrastruktur belum selesai, bukan berarti hal itu membuat angka kemiskinan stagnan. "Kemiskinan adalah masalah multidimensional," ucap Suhariyanto, saat dihubungi, Rabu (19/7).
Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi angka kemiskinan, seperti pertumbuhan ekonomi berkualitas serta pembangunan infrastruktur jangka pendek. Keduanya berperan dalam menciptakan lapangan kerja. Selain itu, lanjut Suhariyanto, faktor lainnya adalah kemudahan akses ke pendidikan dan kesehatan, dan juga jaring pengaman sosial seperti rastra dan Program Keluarga Harapan (PKH).
Sairi Hasbullah Deputi Bidang Statistik Sosial BPS menjelaskan, pemahaman orang miskin saat ini adalah mereka yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup paling dasar, seperti makan sangat sederhana, tinggal di rumah dan di lingkungan yang sangat sederhana dengan pendidikan yang rendah.
"Pekerjaan mereka yang di perdesaan umumnya buruh tani, petani gurem atau tenaga serabutan lainnya," tambah Sairi.
Sementara di kota, ia menambahkan, orang miskin adalah tenaga kasar bangunan, kuli angkut, pedagang asongan, buruh kegiatan industri rumah tangga, dan atau tenaga serabutan lainnya.
Oleh karena itu, Sairi menuturkan, kalau mengaitkan berbagai kebijakan pembangunan dan dampaknya pada kemiskinan, harus merujuk ke karakteristik orang miskin Indonesia tersebut. Apakah pembangunan infrastruktur langsung berpengaruh pada penurunan kemiskinan? Ia mengatakan tergantung apakah pembangunan infrastruktur itu melibatkan kelompok orang miskin tersebut.
Jika iya, pasti dampak pada penurunan kemiskinan akan instan. Tetapi, jika mereka belum terlibat secara langsung, pembangunan infrastruktur besar-besaran seperti saat ini tetap akan berdampak positif pada penurunan kemiskinan walaupun perlahan-lahan.
''Kalau tenaga kerja kasar dari mereka yang dengan karakteristik seperti saya sebutkan itu yang diserap, pasti secara instan menurunkan kemiskinan," ujar Sairi.