EKBIS.CO, SLEMAN -- Asosiasi Petani Salak Prima Sembada dan Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta akan menggelar Pelatihan Mutu dan Teknis Pertanian Salak. Pelatihan terlaksana atas dukungan Pemerintah Selandia baru dan Kementerian Pertanian, dan akan dihelat pada 25, 27 dan 29 Juli 2017 di Dusun Trumpon, Sleman.
Pelatihan mutu dan teknis untuk 50 petani salak yang 17 di antaranya perempuan di Asosiasi Petani salak Sleman Prima Sembada ini bertujuan agar petani di Indonesia, khususnya Sleman, lebih mengerti persyaratan karantina yang harus dipenuhi dalam mengirimkan produk salak ke Selandia Baru.
Pada Juni tahun ini, pemerintah Selandia Baru mengeluarkan kebijakan baru tentang Standar Kesehatan Impor untuk salak Indonesia atau The Impor Health Standard (IHS) for Indonesia salacca. Standar ini dikeluarkan Kementerian Industri Primer Selandia baru.
Standar dikeluarkan setelah melakukan konsultasi persyaratan teknis dengan Badan Karakntina Pertanian di Kementerian Pertanian RI dan disetujui. Pelatihan ini merupakan sarana untuk memperkenalkan HIS kepada pemerintah Kabupaten Sleman, sebagai pintu masuk petani salah seluruh Indonesia.
Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada menjadi tuan rumah peluncuran HIS karena telah menjadi mitra New Zealand Aid Progamme-Ministry of Foreign Affiars and Trade sejak 2011. Saat itu, pemerintah Selandia Baru mendukung lebih dari 300 petani salak Sleman terdampak letusan Merapi 2010 lewat program pemulihan ekonomi.
Saat ini, jumlah petani salak yang tergabung dalam Asosiasi Prima Sembada sudah berjumlah lebih dari 1.400 petani. Dukungan Selandia Baru sebesar 500 ribu NZD atau 2,9 miliar (2011-2013) kepada petani salak melalui Indonesia Disaster Fund berhasil dimanfaatkan asosiai mendapatkan sertifikasi organik.
Sejak itu, Asosiasi Prima Sembada berkembang dari 300 anggota menjadi 1.400 dan berhasil ekspor salak ke Cina dan Singapura. Tahun ini, Kedutaan Besar Selandia Baru kembali mendukung Pria Sembada sebesar 129.429.000 rupiah untuk memperbaiki fasilitas pengemasan salak.