EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan kondisi sejumlah bahan pangan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara di Jakarta, Jumat (25/8).
"Ya tadi kami membicarakan masalah pangan. Presiden menanyakan posisi terakhir khususnya pangan sampai dengan bulan Agustus. Beliau tanyakan juga tentang jagung dan kami bersyukur sampai dengan hari ini tidak ada impor," kata Amran.
Amran juga melaporkan soal bawang yang menurutnya sudah dalam posisi ekspor dan bukan lagi impor seperti pada tahun-tahun sebelumnya. "Pada 2014 kita impor 72 ribu ton, pada 2015 kita impor 17 ribu ton. Pada 2017 kita ekspor ke Thailand, yang dulunya kita impor dari Thailand, sekarang kita ekspor ke Thailand 5.600 ton," tambah Amran.
Selanjutnya mengenai beras, Amran menjelaskan bahwa serapan per hari ini adalah 8.000-9.000 ton. "Kalau ini berjalan terus 2-3 bulan ke depan insya Allah semua aman. Mengenai masalah hama, ini yang perlu kami jelaskan kepada publik. Kami sudah meminta laporan ke 17 provinsi penghasil padi seluruh Indonesia yang terkena serangan hama mencapai 67 ribu hektare dibandingkan luas tanah 13 juta hektar. Jadi itu kurang lebih 0,4 persen sedangkan, ambang batas untuk hama itu 5 persen. Jadi masih jauh di bawah ambang batas, karena kami melakukan preventif bukan kuratif," jelas Amran.
Preventif artinya pemerintah melakukan pengendalian dulu sebelum serangan hama besar-besaran terjadi. Sedangkan mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) beras sudah disepakati HET beras medium senilai Rp 9.450 per kg sedangkan HET beras premium Rp 12.800.
"Ini sudah konsensus kita bersama, kalau ini kita jaga insyaallah tidak ada lagi nanti gejolak harga yang menjadi tanggungan setiap Lebaran atau Tahun Baru," ungkap Amran.
Amran juga menargetkan bahwa pemerintah tidak akan mengimpor beras. "Kita perhitungkan kalau Insya Allah targetnya Bulog serapan 1,1 juta, diminta tadi bapak Presiden serapan 1 juta, kalau 1 juta sampai Desember artinya apa? Stok kita ada 1,7 juta ton di akhir tahun. Itu lebih dari cukup," tutur Amran.