Ahad 27 Aug 2017 19:02 WIB

Sentimen Negatif Diprediksi Bayangi Saham Ritel Pekan Depan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Pengunjung mengamati layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (7/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pengunjung mengamati layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (7/8).

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Kinerja emiten sektor ritel diprediksi masih akan terguncang sentimen negatif.

Saham Carrefour (CA) ditutup melemah 2,16 persen atau 0,43 poin di level 19,69. Saham Carrefour terus mengalami perlambatan dari pembukaan pada Senin (21/8) yang berada pada posisi 20,38. Saham Matahari Putra Prima (MPPA) pengelola Hypermart, selama sepekan terus mengalami penurunan. Dari level 750,00 pada perdagangan Senin (21/8) hingga ditutup terkoreksi pada 640,00 atau turun 3,03 persen atau 20 poin, Jumat (25/8).

Sedikit berbeda, saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS) ternyata mengalami kenaikan di tengah-tengah penurunan saham ritel lainnya. RALS ditutup positif 1,46 persen atau naik 15,00 poin ke level 1.045,00. Pergerakan saham selama sepekan terus bergerak naik dari posisi 1.010 pada pembukaan perdagangan Senin (21/8).

Menurut Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, pada pekan depan diperkirakan saham-saham ritel masih mengalami sentimen negatif dari berbagai berita mengenai perusahaan ritel tersebut.

"Sentimen negatif itu memang masih ada, seperti imbas kisruh MPPA dengan pemasok dan pemberitahuan tutupnya beberapa gerai RALS, hingga sepinya gerai-gerai ritel terutama yang besar," ujar Reza kepada Republika.co.id, Ahad (27/8).

Kendati begitu ia menilai masih ada kemungkinan adanya rebound mengingat pasar yang dinamis, di mana pelaku pasar akan mencari peluang dari support resisten saham. "Sentimennya negatif, tapi terkadang sebagian pelaku pasar ada yang memanfaatkannya untuk mengambil demi gain sesaat," tutur Reza.

Head of Research Paramitra Alfa Sekuritas, Kevin Juido menilai, dengan kegagalan MPPA membayar ke rekanan, ditambah pada laporan kuartal II yang masih minus dan penutupan gerai yang tidak menguntungkan, prospek perusahaan tersebut menjadi sentimen negatif. "Itu terlihat dari harga sahamnya yang cenderung menurun," kata Kevin.

Sedangkan untuk RALS, dinilai hanya sedikit mengalami sentimen negatif. Sebab, pihak manajemen RALS menyatakan hanya menutup gerai tersebut dikarenakan adanya renovasi. Dengan demikian, bila gerai tersebut dibuka kembali dan daya beli masyarakat meningkat di Semester II, dinilai dapat memberikan sentimen positif untuk ke depannya. "Memang yang jadi catatan saya adalah RALS harus punya terobosan terhadap daya saing sektor ritel khususnya terhadap penjualan online," ujar Kevin.

Secara jangka panjang, penjelasan pihak manajemen terkait penutupan beberapa gerai Ramayana dinilai masih positif terhadap pergerakan saham. Kendati begitu, dengan ditutupnya delapan gerai tersebut secara jangka pendek tidak bisa memberikan kontribusi penjualan terhadap laporan keuangannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement