EKBIS.CO, JAKARTA -- Bagi industri teksil, kapas menjadi bagian penting. Kapas dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat kain. Sayangnya, Indonesia masih banyak impor kapas tersebut dari negara lain salah satunya dari Amerika Serikat (AS).
Wakil Cotton Council International (CCI) untuk Indonesia, Andy Do, menjelaskan Indonesia merupakan pasar keempat terbesar untuk komoditas kapas Amerika Serikat. Setiap tahun, nilai impor kapas ke Indonesia mencapai sekitar 300 juta dolar Amerika Serikat sampai 500 juta dolar Amerika Serikat.
CCI sebagai asosiasi perdagangan nirlaba yang mempromosikan kapas dan produk kapas dari Amerika Serikat dengan merek dagang Cotton USA menilai industri tekstil Indonesia masih berpeluang untuk terus tumbuh.
"Proyeksi pertumbuhan kami sama dengan proyeksi pertumbuhan industri tekstil untuk tahun ini sebesar 3 sampai 5 persen," ujar Andy dalam konferensi pers "Indonesian Cotton Day” yang diselenggarakan oleh COTTON USA, Rabu (6/9) lalu.
Menurut Andy, karakteristik Indonesia saat ini, golongan menengah berkembang dan mulai meningkat. Kebutuhan mereka levelnya naik. Bukan kebutuhan biasa. Kebutuhan akan kualitas. Mereka bisa dan mampu membeli produk dengan menanyakan kualitas. "Ketika berbicara kualitas semua ada di Cotton USA. Dari 100 persen import cotton dari luar negeri, Cotton USA masuk sekitar 25 sampai 30 persennya tahun lalu," jelasnya.
Bruce Atherley selaku Direktur Eksekutif CCI menambahkan, kapas Amerika diproduksi oleh lebih dari 18 ribu petani keluarga yang telah menanami lahan selama beberapa dekade. Hampir 97 persen dari keseluruhan lahan pertanian di AS berstatus milik keluarga.
"AS menjadi produsen kapas terbesar ketiga di dunia, mewakili sekitar 15 persen dari total produksi kapas dunia. AS mengekspor 95 persen kapas dan mengisi sekitar 30 persen pangsa produksi kapas dunia," jelas Bruce.