EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Ekonom, British Protoleum (BP), Spencer Dale mengatakan pada tahun ini konsumsi energi di Indonesia tumbuh positif diangka 5,9 persen. Dibandingkan tahun lalu yang hanya 5,7 persen pada tahun ini konsumsi energi dalam negeri mengalami pertumbuhan.
Dale memprediksi pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia memang bagus dibandingkan negara negara lainnya yang memang berperan sebagai penyuplai energi. Dale mengatakan ada banyak faktor yang membuat konsumsi energi dalam negeri naik salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli masyarakat.
"Permintaan terhadap minyak merupakan respon dari harga. Ketika harga turun, masyarakat akan membeli minyak lebih banyak. Pengimpor minyak mendapatkan keuntungan dari rendahnya harga minyak ini," ujar Dale di Kementerian ESDM, Kamis (14/9).
Dale mengatakan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan tetap berada diangka 5 persen dari GDP maka Indonesia memiliki peluang yang baik dalam hal segi bisnis energi. Sebab, menurut Dale, pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia didukung oleh kondisi daya beli masyarakat. Jika melihat statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi akan tetap berada di kisaran angka 5% dalam lima hingga 10 tahun mendatang.
"Pertumbuhan ini juga akan terus tumbuh dengan catatan bahwa pemerintah terus menerapkan pencabutan subsidi BBM," ujar Dale.
Dale mengatakan memang pada tahun ini, pertumbuhan permintaan energi ini berasal dari negara-negara berkembang, terutama dari China, India, dan negara Asia lainnya seperti Indonesia. Sementara itu, permintaan akan energi di negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) seperti Australia, Jerman, Prancis, Korea, Inggris, dan Amerika Serikat cenderung menurun.