EKBIS.CO, PADANG -- Neraca perdagangan Provinsi Sumatra Barat kembali mencatatkan surplus, setelah harga komoditas minyak sawit atau CPO dan karet menunjukkan kenaikan di pasar internasional.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Sumatra Barat, Sukardi, menyebutkan bahwa provinsi ini mencatatkan surplus perdagangan sebesar 1,72 miliar dolar AS pada Agustus 2017. Rinciannya, nilai ekspor pada Agustus 2017 sebesar 15,21 miliar dolar AS dan nilai impornya 13,49 miliar dolar AS.
Sementara itu, bila dihitung secara kumulatif periode Januari hingga Agustus 2017, maka neraca perdagangan Sumatra Barat tetap mencatatkan surplus sebesar 1,173 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 1,46 miliar dolar AS dan nilai impornya 286,51 juta dolar AS.
Aktivitas ekspor Sumatra Barat memang didominasi oleh dua komoditas utama, yakni CPO dan karet. BPS mencatat bahwa ekpsor CPO dari Sumbar menguasai 67,15 persen keseluruhan ekspor industri pengolahan.
Sementara produk karet berkontribusi terhadap 23,64 persen total ekspor industri pengolahan. Kondisi ini didukung oleh karakteristik aktivitas ekpsor Sumatra Barat yang juga didominasi oleh industri pengolahan, yakni sebesar 97,29 persen dari seluruh produk yang diekspor.
"Sehingga harga karet dan CPO di harga internasional, naik turunnya sangat mempengaruhi ekspor Sumatra Barat. Jadi sebagian besar adalah industri pengolahan sawit atau CPO," ujar Sukardi di sela paparan Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS Sumbar, Jumat (15/9).
Kinerja perdagangan Sumatra Barat memang menunjukkan capaian positif sejak awal 2017 hingga saat ini. Secara kumulatif, nilai ekspor Sumbar yang sebesar 1,46 miliar dolar AS mengalami kenaikan 40,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 lalu.
Golongan barang ekspor terbanyak pada Agustus 2017 adalah lemak dan minyak hewan nabati seperti CPO dengan nilai 138 juta dolar AS, golongan karet dan barang dari karet dengan nilai ekspor 31,8 juta dolar AS, dan terakhir adalah golongan garam, belerang, dan kapur dengan nilai ekspor 4,24 juta dolar AS.
Sementara itu bila dilihat dari negara tujuan ekspor, maka India, Amerika Serikat (AS), dan Singapura masih menjadi langganan ekspor Sumatra Barat. Ekspor Sumbar ke India mencakup 38,32 persen dari total ekspor dengan nilai 75,94 juta dolar AS. Sedangkan ekspor ke AS sebesar 31,8 juta dolar AS atau 22,65 persen dari keseluruhan ekspor Sumbar, dan ekpsor ke Singapura sebesar 15,43 juta dolar AS atau 10,18 dari total ekspor.
Sumatra Barat juga mencatatkan kenaikan nilai impor pada Agustus 2017 lalu sebesar 16,25 persen dibanding Juli bulan sebelumnya. Nilai impor Sumbar yang sebesar 44,49 juta dolar AS pada Juli lalu, didominasi oleh produk bahan bakar mineral sebesar 37,75 dolar AS, pupuk sebesar 3 juta dolar AS, dan golongan mesin peralatan mekanin sebesar 1,7 juta dolar AS.
Ditinjau dari negara pemasok impor bagi Sumatra Barat, lagi-lagi didominasi oleh Singapura dengan nilai 26,63 juta dolar AS dan Malaysia sebesar 12,12 juta dolar AS. Bahkan impor dari Singapura mencakup 66,94 persen dari keseluruhan impor Sumatra Barat dan impor Malaysia sebesar 12,12 juta dolar AS.
"Keseluruhan impor Sumatra Barat, sebagian besar berasal dari Teluk Bayur," ujar Sukardi.