EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Mandiri mencatat jumlah kartu e-money yang bertransaksi di tol sekitar 2,5 juta per bulan. Nilai ini diproyeksikan meningkat 3 kali lipat setelah implementasi 100 persen pembayaran nontunai di tol pada 31 Oktober mendatang.
"Jumlah kartu yang bertransaksi di tol sekitar 2,5 juta per bulannya. Setelah 31 Oktober, mestinya bisa naik 3 kali lipat secara industri," ujar Direktur Teknologi dan Digital Bank Mandiri Rico Usthavia Frans kepada Republika, Jumat (15/9). Hal ini juga akan meningkatkan penetrasi uang elektronik Bank Mandiri, karena saat ini penetrasi e-money Mandiri di tol secara industri masih sekitar 25-35 persen.
Menurut Rico penerbitan uang elektronik ini bukan ditujukan untuk menghimpun pendapatan berbasis komisi atau fee-based income. Namun ini merupakan upaya perseroan untuk mendukung Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). "Tidak ada (fee based income). Kalaupun ada masih kecil sekali," kata Rico.
Kendati begitu, bukan berarti seterusnya uang elektronik tidak dapat menghimpun fee based income. Karena tidak lama lagi Bank Indonesia (BI) akan segera mengeluarkan aturan mengenai biaya isi ulang (top up) uang elektronik. Saat ini bank sentral dan industri perbankan diketahui masih membahas mengenai besaran biaya yang dikenakan untuk top up tersebut.
BI bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencanangkan elektronifikasi jalan tol atau 100 persen pembayaran non tunai pada 31 Oktober 2017 mendatang. Untuk memudahkan masyarakat memperoleh uang elektronik, akan dilakukan penjualan kartu uang elektronik di gardu tol, serta penambahan lokasi pengisian ulang (top up) uang elektronik.
Masyarakat pun diimbau untuk mempersiapkan uang elektronik dan mengecek saldo sebelum melakukan perjalanan di jalan tol untuk mengantisipasi timbulnya kemacetan. Sebab penyediaan fasilitas top up tunai di gardu tol diutamakan untuk keadaan darurat, sehingga tidak terjadi antrian di gardu tol.
BI mencatat pada Juli 2017, jumlah uang elektronik yang beredar mencapai 69,45 juta naik 35 persen dibandingkan periode akhir 2016 sebanyak 51,2 juta. Adapun untuk volume transaksi per Juli mencapai 416,5 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,7 triliun. Sementara itu electronic data capture atau mesin pembaca kartu tercatat sebanyak 455,2 ribu unit.