EKBIS.CO, JAKARTA -- Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya BI 7 Day Reverse Repo Rate dari 4,50 menjadi 4,25 persen dinilai belum cukup untuk mendorong pertumbuhan kredit. Pasalnya, permasalahan kredit kali ini bukan di suku bunganya melainkan di sisi permintaan.
Pengamat Ekonomi sekaligus Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menjelaskan, permintaan kredit sekarang masih lesu. "Jadi kira-kira, ngapain saya pinjam di bank kalau kemudian saya tidak butuh ekspansi. Lalu kenapa saya tidak butuh ekspansi? Karena permintaannya nggak ada," tuturnya kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (26/9).
Menurutnya, lemahnya permintaan kredit karena dari sisi konsumsi atau daya beli masyarakat pun flat. "Jadi kalau mau dorong ekonomi kita, nggak bisa lewat moneter policy, harus lewat fiskal. Harus ciptain permintaan dulu," tegas Chatib.
Ekspansi dari sisi fiskal melalui infrastruktur upah riil di konstruksi, kata Chatib, juga tidak mengalami kenaikan malah menurun. Maka, ia menyatakan, kebijakan fiskal perlu dibenahi.
"Kalau Anda mau bikin kebijakan fiskal, harus paling penting disebut triple T yaitu Targetted, Temporary, dan Timely. Tidak bisa stimulus terus-terusan. Stimulus juga tidak bisa pada waktu yang memang tidak dibutuhkan," jelas Chatib.
Baginya, cara paling efektif menaikkan daya beli adalah dengan menyentuh kelompok masyarakat menengah bawah. Hal itu karena, kelompok menengah bawah kebanyakan tidak memiliki tabungan, sehingga jika mendapatkan uang pasti dibelanjakan.
"Kalau dia belanja, dia bakal ada permintaan. Kalau ada permintaan, perusahaan bakal expand, kalau perusahaan expand maka akan pinjam uang. Lalu itu akan jalan. Jadi apa yang harus dilakukan? Ya Kasih mereka uang," ujar Chatib.
Uang tersebut bisa melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Hanya saja Chatib mengimbau agar jumlahnya diperbesar. "Selain itu PKH membutuhkan pendampingan. Pendampingan ini yang tidak ada," tambahnya.
Meski begitu, terkait penurunan suku bunga acuan BI, Chatib mengatakan, BI memang memiliki ruang melakukan itu sebab tingkat inflasi relatif terkendali. "Dengan bunga yang diturunkan, di stock market juga akan bergairah, tapi ingat dengan bunga murah, orang nggak akan tertarik taruh uang di bank. Di akan lari ke government bond, sehingga nanti Sumber uang yang dipinjamkan akan terpengaruh," jelasnya.