EKBIS.CO, BANDUNG -- Indonesia termasuk salah satu engara dengan biaya logistik yang tinggi. Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi Wahyu Setijono mengatakan kondisi infrastruktur transportasi bukan satu-satunya penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia. Pergudangan juga memberikan andil dalam menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan biaya logistik tertinggi di ASEAN.
"Kondisi infrastruktur dan pergudangan sama-sama membuay biaya logistik tinggi. Akan tetapi, belum ada data pasti berapa kontribusi masing-masing persoalan tersebut," ujar Gilarsi, Rabu (27/9).
Gilarsi mengatakan, sebagai solusi dari kedua persoalan tersebut, PT Pos ingin memperkenalkan konsep demand chain. Selama ini, umumnya pelaku usaha menggunakan konsep supply chain dalam menjalankan roda usahanya.
Dengan konsep demand chain, kata dia, pelaku usaha bisa memangkas biaya pergudangan karena pengiriman barang bukan untuk mencukupi stok, tapi memenuhi permintaan. Produksi dilakukan sesuai dengan besaran permintaan pasar.
Gilarsi menjelaskan, kalau hanya memproduksi apa yang dibutuhkan, biaya transportasi dan pergudangan akan sangat minimal. "Tidak akan ada lagi over supply dan over produksi yang mahal. Pada akhirnya, akan memangkas biaya logistik di Indonesia," katanya.
Gilarsi mengakui, hingga saat ini belum ada data terkait berapa besar penghematan yang bisa diraih dari konsep demand chain tersebut. Namun, ia optimistis, dalam lima sampai enam tahun ke depan akan diperoleh penghematan biaya logistik yang signifikan.
"Pada tahun-tahun pertama kita tidak bisa terlalu berharap akan terjadi penghematan signifikan," kata Gilarsi seraya mengatakan, langkah kecil harus segera kita lakukan untuk menciptakan hasil besar di kemudian hari.
Seperti diketahui, beberapa hari lalu Presiden Joko Widodo mengakui, saat ini biaya logistik di Indonesia mencapai dua kali lipat biaya logistik Malaysia dan Singapura. Tingginya biaya logistik juga menjadi salah satu hambatan investasi dan penyebab rendahnya saya saing produk Indonesia dibandingkan dengan produk impor.