EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara bulanan sebesar 0,13 persen pada September 2017. Sementara, inflasi sebesar 2,66 persen tercatat secara tahun kalender (year to date/ytd) dan sebesar 3,72 persen secara tahunan (year to year/yoy). Inflasi ini mayoritas disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga.
Inflasi bulanan September 2017 lebih rendah dibandingkan September 2016 yang tercatat sebesar 0,22 persen tetapi lebih tinggi dibandingkan September 2015 yang mengalami deflasi 0,05 persen. Sementara, inflasi tahunan September 2017 lebih tinggi dibandingkan September 2016 yang tercatat sebesar 3,07 persen tetapi lebih rendah dibandingkan September 2015 (yoy) sebesar 6,83 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yakni sebesar 1,03 persen. Kelompok itu memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen.
"Uang kuliah memberikan andil 0,04 persen. Uang sekolah SD, SMP, dan SMA juga sudah muncul sejak bulan lalu sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (2/10).
Selain itu, kelompok pengeluaran sandang mengalami inflasi sebesar 0,52 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,34 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,21 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,16 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen.
Sementara, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,53 persen.Komoditas yang memberi andil deflasi di antaranya bawang merah sebesar 0,04 persen, daging ayam ras dan bawang putih masing-masing sebesar 0,03 persen, telur ayam ras, tomat sayur, dan cabai rawit masing-masimg sebesar 0,02 persen, dan bayam, kangkung, dan semangka masing-masing sebesar 0,01 persen.
Meski mayoritas komoditas pangan menyumbang deflasi, Suhariyanto mengaku masih ada beberapa komoditas yang perlu diwaspadai. Hal itu seperti beras yang memberikan inflasi sebesar 0,04 persen, cabai merah sebesar 0,03 persen, dan ikan segar, pepaya, dan garam masing-masing sebesar 0,01 persen.
Berdasarkan komponen penyumbang, tercatat kelompok komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,35 persen dan komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Sedangkan komponen gejolak harga pangan mengalami deflasi 0,67 persen. "Ini capaian yang cukup baik dan perlu dipertahankan sampai Desember," kata Suhariyanto.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 50 kota mengalami inflasi dan 32 mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,59 persen dan terendah di Mamuju dan Depok sebesar 0,01 persen. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,04 persen dan deflasi terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen.