EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menekankan tingginya produksi beras premium saat ini. Namun, pada awal tahun kondisi seimbang antara produksi beras medium dan premium diprediksi tercapai.
"Sebentar lagi keseimbangan medium dan premium. Mungkin Januari sudah normal semua," ujar Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan BKP Riwantoro, Rabu (4/10).
Menurutnya, saat ini sudah memasuki musim hujan yang berdampak pada tingginya kadar air pada gabah. Sebaliknya, gabah hasil panen pada musim kemarau lalu jauh lebih baik dan diproduksi menjadi beras premium. Inilah yang menjadi penyebab tingginya produksi beras premium hingga akhir tahun.
Beras medium memiliki butir patah 25 persen sementara 15 persen untuk beras premium. Gabah dengan kadar air tinggi rentan untuk memiliki banyak patahan.
Guna mencukupi kebutuhan beras medium masyarakat, melalui Toko Tani Indonesia (TTI) menjual beras medium sengan harga Rp 8.000 per kilogram (kg). Beras tersebut dibeli Kementan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di tujuh provinsi yakni Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Harga beras yang dibeli dari Gapoktan tersebut sebesar Rp 7.700 per kg. Dengan tambahan biaya operasional, maka secara merata beras kualitas medium dijual Rp 8.000 per kg di TTI. "Beras kita siapkan untuk konsumen langsung tidak untuk pedagang sehingga kita batasi maksimal pembelian 20 kg sehari," kata dia.
Saat ditemui di TTI Pasar Induk Besar Cipinang (PIBC), ia menjelaskan, selalu ada 15 tondi TTI PIBC guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, begitu stok berkurang maka pihaknya akan melakukan penambahan untuk menjaga stok di angka 15 ton. Ia mengatakan, tindakan yang dilakukan pihaknya adalahcontoh pemotongan rantai pasok.
Kementerian Pertanian melalui BKP mempunyai program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui TTI yang menyediakan komoditas pangan, khususnya beras murah dan berkualitas untuk masyarakat. PUPM-TTI yang beroperasional sejak 2016, sampai saat ini sudah memiliki outlet TTI 2.839 unit yang tersebar di 32 provinsi. Sebanyak 1.113 unit di wilayah Jabodetabek. Namun ada beberapa TTI yang diakuinya kurang laku di masyarakat dan terpaksa ditutup.
TTI fokus di wilayah konsumen dan langsung menyentuh masyarakat, sehingga lokasi TTI sebagian besar berada di tengah perkampungan penduduk. Mulai dua pekan terakhir TTI juga hadir di PIBC dalam upaya menyediakan pilihan bagi masyarakat untuk membeli beras.