Kamis 05 Oct 2017 20:20 WIB

Survei BI: Lowongan CPNS Dongkrak Keyakinan Konsumen

Red: Nur Aini
Puluhan peserta seleksi CPNS memperhatikan tata cara pelaksanaan Ujian Sistem CAT di Kantor Regional XI Badan Kepegawaian Negara di Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/9).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Puluhan peserta seleksi CPNS memperhatikan tata cara pelaksanaan Ujian Sistem CAT di Kantor Regional XI Badan Kepegawaian Negara di Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Banyaknya lowongan calon pegawai negeri sipil pada Agustus-September 2017 turut menopang tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini meskipun ada indikasi penurunan indeks penghasilan. Hal itu berdasarkan Survei Bank Indonesia per September 2017.

Statistik Survei Konsumen BI yang diumumkan di Jakarta, Kamis (5/10), menyebutkan persepsi konsumen terhadap perekonomian (Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini/IKE) masih pada kategori optimistis atau sebesar 110,3 poin, yang di antaranya disebabkan meningkatnya indeks ketersediaan lapangan kerja.

"Pembukaan 37.490 lowongan CPNS Kementerian-Lembaga pada Agustus-September 2017 ditengarai mejadi faktor utama pendorong indeks ketersediaan lapangan kerja," tulis BI dalam hasil surveinya.

Namun, menurut statistik BI, meskipun indeks ketersediaan lapangan kerja meningkat, indeks penghasilan menurun menjadi 114,6 poin pada September. Sedangkan kenaikan indeks ketersediaan lapangan kerja juga terjadi pada semua tingkat pendidikan konsumen yang menjadi responden. Selain itu, indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama juga meningkat menjadi 112,2 poin. Membaiknya IKE juga menopang persepsi keyakinan konsumen atau Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik menjadi 123,8 poin pada bulan kesembilan ini.

Sejalan dengan meningkatnya optimisme konsumen, rasio pengeluaran untuk konsumsi juga meningkat. Hasil survei menunjukkan rata-rata rasio pengeluaran konsumsi masyarakat pada September 2017 sebesar 66,4 persen, atau meningkat dibandingkan 63,8 persen pada bulan sebelumnya. Sebaliknya, rasio pengeluaran untuk pembayaran cicilan pinjaman dan rasio untuk tabungan masing-masing mengalami penurunan dari 15,1 persen dan 21,1 persen, menjadi 14,4 persen dan 19,2 persen.

Menurut Survei BI, konsumen juga tampak masih optimistis dengan kondisi ekonomi untuk enam bulan mendatang, yang terlihat dari Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) sebesar 137,2 poin atau naik empat poin. Penyebab kenaikan IEK adalah ekspetasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja yang naik 6,9 poin, ekspetasi kegiatan usaha yang naik 3,3 poin dan ekspetasi penghasilan yang naik 2,1 poin. "Meningkatnya optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja karena perkiraan kondisi peningkatan kegiatan proyek pemeirntah dan swasta, peningkatan penyaluran kredit bank dan penurunan suku bunga kredit," tulis BI.

Survei Konsumen yang dilakukan secara bulanan ini memuat persepsi 4.600 rumah tangga di 18 kota di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan perluasan akses terhadap produk keuangan syariah. Salah satu caranya dengan memanfaatkan financial technologi (Fintech) agar hambatan akses berkurang. Di samping itu, diperlukan sosialisasi yang menjangkau sampai ke akar rumput baik melalui pertemuan formal maupun informal.

Dari sisi sumber daya manusia (SDM) juga perlu ditingkatkan dengan membuat kurikulum industri jasa syariah di perguruan tinggi, training of trainer untuk para guru, maupun magang mahasiswa di industri keuangan syariah. "Harus ada koordinasi dan sinergi lembaga pendidikan, pemangku kepentingan dan pemerintah daerah. Ini tidak mudah, perlu keaktifan kepala OJK setempat," ujarnya.

Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim menyatakan setelah pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), industri syariah terus didorong pertumbuhannya. Salah satu program besar KNKS tahun depan, industri syariah akan digandeng oleh pemerintah untuk membiayai proyek infrastruktur. "Sehingga nanti kita akan lihat lonjakan yang besar dari aset keuangan sya. Karena mereka masik infrastruktur, diikuti oleh risiko yang kecil karena proyeknya milik pemerintah," kata Adiwarman.

Meski demikian, Adiwarman memperkirakan terjadi pelemahan industri syariah pada 2018, yakni, terjadinya critical mass di sejumlah bank syariah serta agenda politik Pemilihan Presiden 2019 yang akan berpengaruh pada bisnis perbankan syariah. Dia menambahkan, meski aset bank syariah di Indonesia kecil, namun investor asing tetap memilih investasi di Indonesia. Jumlah penduduk yang banyak menjadi daya tarik karena menjadi potensi tingkat konsumsi. Selain itu, proyek di Indonesia seakan tidak ada habisnya sehingga mendorong pergerakan ekonomi di sekitarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement