EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Muamalat periode 1999-2009 A Riawan Amin menganjurkan bank syariah, khususnya Muamalat, untuk kembali mengenal jati dirinya dan konsisten terhadap identitas tersebut.
Riawan mengatakan, memang tidak mudah untuk bisa konsisten. Apalagi bila para pengurus bank syariah di hatinya sesungguhnya alergi dengan sistem syariah.
"Apakah semua yang jadi pengurus bank syariah hatinya untuk syariah atau sekadar profesional? Jangan dibiarkan sebuah organisasi Islam atau syariah kesusupan orang-orang yang cara berpikirnya alergi terhadap syariah," kata Riawan mengingatkan.
Menurut Riawan, Bank Muamalat harus mengenali kekuatan sekaligus kelemahannya.
"Dulu kami sadar, kekuatan Muamalat bukan di jaringan fisik jadi tidak perlu buka banyak cabang karena keuntungannya belum pasti tapi biayanya sudah pasti," ujarnya.
Sementara itu, Riawan memandang kelemahan Muamalat ada pada modal terbatas. Sukar bagi Muamalat untuk bersaing dengan kompetitor yang induk perusahaannya memiliki modalnya tidak terbatas.
"Maka kami hindari kompetisi dalam hal aset, tapi kami bertanding jadi yang terbesar dalam keuntungan," jelas Riawan.
Sejak masih memimpin Muamalat, Riawan telah memprediksi di masa depan akan menuju era digital yang akan melahirkan financial technology (fintech), branchless, serta financial inclusion. Itulah yang melatarbelakangi kerja sama Muamalat dengan 3.000 kantor pos online dalam bentuk Kartu SharE.
"Jauh-jauh hari kami sudah punya visi yang kuat sekaligus terbukti oleh zaman. Sayangnya visi itu tidak konsisten dipegang," ucapnya.