EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian mencanangkan program diversifikasi pangan. Program ini mulai dijalankan pada 2018.
"Program ya, artinya akan berkelanjutan, pengembangan pangan lokal non-beras, non-terigu," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi saat ditemui usai acara talkshow diversifikasi pangan di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Selasa (24/10).
Peta jalan pun telah disiapkan. Dalam waktu dekat, kata dia, diversifikasi pangan ditargetkan terlaksana di16 provinsi. Provinsi tersebut memiliki potensi pangan lokal sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Dengan begitu, komoditas lokal tersebut akan kembali diangkat menjadi pangan pokok. Contohnya Nusa Tenggara Timur dengan jagung dan wilayah timur dengan komoditas sagu.
Ia menjelaskan, program diversifikasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Namun, pengganti beras dan terigu tersebut harus bersumber dari komoditas lokal bernutrisi dan aman untuk dikonsumsi.
Beberapa komoditas lokal yang berpotensi mengkonversi beras dan terigu bersumber dari aneka umbi seperti gembili, ganyong dan garut sementara dari golongan serealia terdapat sagu, sorgum dan jagung.
Untuk diketahui, produksi sagu pada 2016 (angka sementara) sebesar 440.516 ton. Produksi pada 2017 (angka estimasi) sebesar 489.643 ton.
Program diversifikasi pangan yang akan dijalankan 2018 ini diakui Agung merupakan suatu kemajuan. Selama ini, ia melanjutkan, yang dilakukan pemerintah hanya kampanye, gerakan, kemudian gebyar.
"Setelah kampanye selesai, tidak ada program yang sustain mengenai bagaimana program diversifikasi pangan," ujar dia.