Selasa 24 Oct 2017 18:39 WIB

Dukung Komoditas Lokal, Kementan: Tak Ada Persaingan Lahan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Peneliti Balitbangtan Hasil Sembiring menjelaskan pentingnya diversifikasi pangan bersama Wakil Ketua Umum Komisi VII DPR RI Herman Khaeron dan Deputi Kepala BPPT Bidanv Agroindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi pada acara Talkshow Diversifikasi Pangan di Balitbangtan, Selasa (24/10).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Peneliti Balitbangtan Hasil Sembiring menjelaskan pentingnya diversifikasi pangan bersama Wakil Ketua Umum Komisi VII DPR RI Herman Khaeron dan Deputi Kepala BPPT Bidanv Agroindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi pada acara Talkshow Diversifikasi Pangan di Balitbangtan, Selasa (24/10).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong produksi komoditas lokal untuk diversifikasi pangan tidak bersaing dengan penanaman padi, jagung dan kedelai (Pajale). Pada 2018, Kementan fokus untuk menjalankan program diversifikasi pangan.

"Nggak ada (persaingan lahan)," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi usai mengisi acara talkshow diversifikasi pangan di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Selasa (24/10).

Sebab, komoditas lokal yang berpotensi mengkonversi beras dan terigu merupakan tanaman pekarangan. Pihaknya nanti akan melakukan sinergi dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Luas pekarangan yang ada saat ini seluas 10,4 juta hektare di luar lahan Pajale. Lahan tersebut yang dapat dimanfaatkan dalam mendorong produksi komoditas lokal.

Tahap itu pun diakui Agung masih cukup lama karena menggenjot produksi komoditas lokal baru dilakukan ketika ada permintaan. Ia menjelaskan, program diversifikasi pangan akan mulai dari pengolahan. Itu artinya, akan dilakukan diversifikasi olahan terlebih dahulu misalnya bagaimana garut sebaiknya diolah, pengolahan sagu seperti apa begitu juga dengan komoditas lokal lainnya.

"Yang tentu kriterianya ada dua, pertama masalah rasa, yang kedua tentu masalah harga, kami upayakan inovasi yang kami lakukan mampu pula menenkan biaya produksi," ujarnya.

Contohnya teknologi yang digunakan untuk mengubah singkong menjadi beras singkong. Hal itu pun perlu dikaji untuk mengetahui keefektifitasannya mengubah singkong menjadi beras. Atau apakah ada bentuk lain olahan singkong yang lebih mudah dan lebih murah.

Jika diversifikasi produk olahan tersebut dapat diterima masyarakat maka akan berdampak pada tingginya permintaan. Sehingga menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.

Beberapa komoditas lokal yang siap mengisi diveraifikasi pangan terutama beras adalah sagu, singkong, aneka umbi, jagung, sorgum dan barley atau hanjeli. Diversifikasi olahan tersebut ke depannya akan dikembangkan ke skala industri kerakyatan yang dimiliki masyarakat.

"Ini yang akan kami dorong, prosesingnya bagus, kemasannya bagus. Kadang-kadang kan kita kalah di kemasan," ujar dia.

Anggaran untuk pengadaan alat dan mesin guna mendukung diversifikasi olahan ini pun akan diberikan Kementan. Meski Agung enggan menyebut berapa anggaran yang disiapkan.

"Anggarannya ada tapi tidak saya sebutkan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement